Sebenarnya saya ingin menulis tentang konser OneRepublic tempo hari tapi kayaknya bakal seru kalau saya tulis dalam bentuk liputan atau review konser ya gaes.
Pagi ini, seperti biasa sembari melakukan rutinitas pagi alias panggilan alam saya memutar Youtube Musik. Mendengarkan lagu Feby Putri yang berjudul Halu. Entah kenapa juga tiba-tiba lagu Feby Putri kembali muncul di beranda youtube saya setelah sekian lama playlist yang saya putar kalau nggak OneRepublic ya The Weeknd.
Halu, salah satu favorit saya dari semua lagu-lagunya Feby Putri. Lirik awalnya berbunyi "Senyumanmu yang indah bagaikan candu, ingin trus kulihat walau....."
Baru baris pertama saja saya sudah tidak kuat melanjutkan, liriknya mengingatkan pada senyum ibu. Senyum siapa lagi selain senyuman dari seorang ibu yang bisa menjadi candu? Tak ada yang bisa menggantikan senyum ibu. Bagi saya senyum ibu adalah hal termanis. Memabukkan dan menjadi candu.
Untuk menulis kalimat ini pun saya harus berusaha keras tidak meneteskan air mata. Mengerjap-ngerjapkan mata. Mendongakkan kepala lalu meneguk air putih. Berhasil sih. Karena, mana mungkin saya menangis di dalam bus wisata yang identik dengan kegembiraan. Meskipun jika saya meneteskan air mata, itu bukan air mata kepedihan atau kesedihan melainkan air mata keharuan. Air mata kebanggaan. Air mata penuh syukur sampai saat ini bisa melihat senyum seorang ibu yang sangat hebat.
Okay, sampai di sini dulu ya bahas satu baris lirik lagu Halu-nya Feby kita lanjutkan ke lagu selanjutnya. Masih lagu ciptaan dari Febry Putri, kali ini hasil kolaborasi bersama Fiersa Besari, berjudul Runtuh. Lagu Runtuh dirilis pada 1 Oktober 2021 di channel youtube Feby Putri. Fiersa Besari adalah musisi, youtuber, tukang naik gunung sekaligus idola saya.
Movie video lagu Runtuh berkonsep live perform mereka, jadi proses recordingnya bersamaan dengan pembuatan video. Asli sih vokal mereka memang keren begitupun perform pemain musiknya. Hidup.
Lagu Runtuh hits sepanjang akhir tahun 2021 hingga 2022. Per Maret untuk live sessionnya sudah dilihat orang sebanyak 46 juta view, sedang yang versi official audio sudah ditonton sebanyak 59 juta. Angka yang fantastis. Tapi jangan dibandingkan dengan MV lagu dangdut koplo ya gaes. Beda.
Saya mengenal lagu Runtuh ya setahun yang lalu. Feby Putri ini bagi saya adalah "adeknya" Nadine Hamizah. Karena saya terlebih dulu menggilai solois perempuan yang lagu-lagunya "gila" sih liriknya. Nah, Feby Putri ini juga sangat keren, meski genre musik serta penulisan lagu yang berbeda sama Nadine.
Lagu Runtuh sudah sangat sering saya dengarkan, dan sepertinya lebih viral di tiktok atau reel dan dijadikan backsound dari konten orang-orang. Tadi pagi, saya masih meletakkan posisi saya sama seperti orang-orang yang mengambil penggalan lirik yag berbunyi
"tak perlu khawatir,
ku hanya terluka,
terbiasa tuk pura-pura tertawa,
namun bolehkah skali saja ku menangis,
sebelum kembali membohongi diri"
lirik ini menggambarkan tentang seseorang yang sebenarnya sedang terluka, sedih, hancur, kecewa, tak kuasa tetapi tetap harus tertawa meski itu adalah pura-pura. Meminta untuk sekali saja melampiaskan kesedihannya, tapi ternyata itu tak merubah apapun. Dia kembali hidup berpura-pura, karena sesungguhnya dia masih sedih, masih bergelimang masalah, masih penuh dengan tangisan tapi memilih untuk berpura-pura bahagia, entah demi menyenangkan orang lain, pencitraan agar terlihat bahagia atau tak mau melihat orang lain bersedih.
Sembari keramas, saya memutar sekali lagi lagu Runtuh pada bait terakhir. Jika ada yang tanya kok sempet-sempetnya keramas sambil dengerin lagu mbak. Ya karena saya lagi tidak di rumah, sedang tugas luar. Jadi saya masih sempet keramas di pagi hari. Kalau di rumah boro-boro, ngurusin persiapan sekolah duo anak lanang saja udah bikin saya nggak sempet mandi. Wkwkwkwk.
Saya mengulang dua baris terakhir. Detik itu juga saya terdiam, serasa tertampar. Kenapa selama ini saya (mungkin juga kalian) selalu merasa menjadi seseorang yang paling sengsara, menjadi orang yang paling punya masalah, menjadi si paling terluka. Dan ternyata itu kesombongan "ah orang-orang tak merasakan penderitaanku, ah kalian nggak bakal kuat, ah kalian selalu happy, sedang saya menanggung beban berat, aku si paling kuat tapi tetap harus tertawa. Baru sadar saya , itu adalah kesombongan. Merasa sok kuat sekaligus minta dikasihani. Sering saya lihat stories orang-orang dengan backsound lirik lagu yang di atas. Dan saya tahu dia pasti sedang mempunyai masalah. Tapi ada juga yang terlihat happy tak punya masalah tapi backsoundnya "namun bolehkah skali saja ku menangis....."
Kenapa selama ini saya hanya terfokus pada lirik tersebut? Bukan di baris terakhir?
Kita hanyalah manusia yang terluka
terbiasa tuk pura-pura tertawa
namun bolehkan skali saja ku menangis
ku tak ingin lagi membohongi diri
ku ingin belajar menerima diri
Kenapa selama ini saya hanya berpura-pura tertawa? Saya sudah menipu siapa saja dengan senyum dan tawa? Dengan tujuan apa saya membohongi diri? Seharusnya saya (anda) menjadi orang yang ada di baris terakhir. Tak lagi membohongi diri (dan orang lain) dan belajar menerima diri sendiri.
Sejenak menangis? Boleh banget. Lama juga tak masalah. Kita ini manusia, bukan robot yang tidak bisa menangis. Kali aja, kalau punya air mata, robot itu juga pengen nangis lho kalau capek. Sayangnya ngga ada robot nggak punya. Tuhan sudah menciptakan kantung air mata, pasti ada fungsinya. Ketika sedang lelah, berhentilah terlebih dahulu.
Saya memutuskan untuk menulis ini di dalam bis. Pencerahan yang tiba-tiba muncul tadi pagi saya tulis. Sembari kembali mendengarkan lagu Runtuh dan memandang tambak-tambak yang airnya gelap tapi berkilau, menjadi cermin dari segala benda yang ada di atasnya. Saya sadar, saya bukan cermin yang bertugas memantulkan apa yang ada di luar diri. Tetapi saya adalah saya. Saya adalah manusia Tugas saya menerima diri sendiri ada padanya. Sepaket dengan kekurangan dan kelebihan diri serta dengan masalah yang datang.
Membohongi diri sendiri adalah sebuah penyangkalan. Jika seseorang mempunyai luka, trauma di masa lalu, itu semua harus diterima, bukan disangkal. Saat sudah bisa menerima dengan ikhlas maka akan lebih mudah untuk melepasnya Benar sih kata Feby Putri, jika hanya berpura-pura tertawa, masalah yang sesungguhnya bukan hilang tapi mengendap dan lama-lama akan menggunung hingga kita tak bisa berpura-pura lagi.
Bahagialah jika kau bahagia, biarlah orang lain melihatmu bahagia. Ketika terpuruk tak perlu berpura-pura juga tertawa. Tapi tak perlu juga kau ungkap semua kesedihanmu berlebihan. Yang bisa mengobati itu bukan orang lain, melainkan dirimu sendiri.
Terimakasih Feby Putri, terimakasih Bung Fiersa.
Komentar
Posting Komentar
Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)