Matahari beringsut ke ufuk barat. Belum tenggelam sepenuhnya karena sinarnya masih terasa menyengat di kulit. Kami berempat sudah sampai di sebuah homestay di kawasan Kotagede. Disana sudah ada beberapa teman peserta Kotagede Walking Tour yang akan turut serta menjelajahi area Kotagede. Pastinya dengan berjalan kaki. Judulnya saja sudah walking tour. LoL
Tepat pukul 3 sore walking tour dimulai. Perjalanan diawali dari Lapangan Karang Kotagede, kemudian menyusuri gang-gang kecil yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki. Peserta walking tour sekitar 10 orang termasuk saya, mas bojo dan duo anak lanang. Suami sempat bertanya ulang, apakah serius mau ikut jalan kaki dan gimana kalau anak-anak kecapekan? Spontan saya jawab dengan yakin. "Ya jadilah pak' e"
Begitulah suami saya yang sering males-malesan kalau diajak jalan kaki agak jauh. Jadinya perlulah sesekali dikerjain diajak jalan agak jauh. Itung-itung olahraga. Hehehehe.
Temen saya, Adimas yang menjadi guide walking tour ini. Dia mahasiswa arsitektur sekaligus pecinta budaya dan bangunan heritage. Anaknya super kocak dan banyak informasi tentang bangunan-bangunan di Kotagede yang saya dapat. Ehm. tak banyak lho anak muda yang paham sejarah-sejarah bangunan bersejarah. Kebanyakan sih cuma pada suka foto-foto tanpa tahu makna dan nilai dibalik bangunan itu.
Okey. Yuk, ikutin jalan-jalan aku ya.
1. Masjid Perak Kotagede
Setelah berjalan kaki sekitar 300an meter kami sampai di Masjid Perak Kotagede. Masjid ini merupakan masjid bersejarah yang didirikan oleh tiga tokoh
Muhammadiyah, yaitu H Mashudi, H Mudzakir, dan KH Amir. Masjid Perak Kotagede sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Masjid ini berada di kompleks perkampungan. Jalan di depan masjid hanya gang kecil yang bisa dilewati motor. Bangunan sekarang merupakan bangunan baru.
2. Rumah Kalang/ Omah Pesik
gang kecil di kotagede , dengan rumah pesik yang berdinding hijau |
Perjalanan berlanjut dengan menyebrang jalan utama Kotagede. Kemudian kami memasuki gang kecil. Kalau nggak salah nama gangnya gang Soka/Omah UGM. Dimas, mengajak kami berhenti di depan rumah besar, dengan tembok yang tinggi bercat hijau. Rumah besar ini terlihat berbeda dengan rumah disekitarnya. Lebih tinggi dan lebih kokoh.
Dimas bercerita jika rumah ini dulunya merupakan rumah Wong Kalang atau orang Kalang. Mereka termasuk orang Jawa tetapi mereka bukan Wong Jawa pada umumnya dan mempunyai budaya berbeda dengan orang Jawa. Wong Kalang berprofesi sebagai pedagang atau tukang dan kebanyakan dari mereka sangat kaya. Mereka juga menikah hanya dengan kalangan sendiri sesama Wong Kalang dan tidak diperkenankan menikah dengan orang di luar Wong Kalang. Rumah-rumah Wong Kalang bak istana di abad ke-20, tak heran Wong Kalang kaya raya karena mereka memiliki jiwa entreprenur yang kuat dieranya dan cenderung kikir dan sangat hemat.
Rumah Wong Kalang ini sekarang dimiliki oleh pak Rudi Pesik, setelah dibeli 20 tahun yang lalu Rumah Pesik dibuka untuk umum. Ada coffe shop yang menyimpan barang-barang etnik. Sayang , kami cuma lewat didepannya dan belum masuk. Mungkin lain waktu kudu ngopi-ngopi didalam Rumah Pesik.
3. Omah UGM
Perhentian selanjutnya yaitu Omah UGM. Rumah ini dulunya adalah rumah milik Parto Darsono, terletak di
Kampung Bodon, Jagalan. Bangunan ini dinamakan Omah UGM dikarenakan
setelah gempa tahun 2006, banyak rumah adat yang terkena dampak. Banyak
bangunan yang rusak dan rubuh seketika saat gempa terjadi. Sementara
itu, UGM mengambil peran untuk melestarikan pusaka Kotagede dengan
membeli rumah ini. Saat ini bangunan ini dijadikan sebagai Pusat
Pergerakan Pelestarian.
Baca juga : Enaknya Mendoan Kebumen
Baca juga : Enaknya Mendoan Kebumen
Tidak ada tiket masuk resmi tapi pengunjung bisa memberikan dana sosial bagi penjaga atau membeli buku guiding yang disediakan oleh penjaga di Omah UGM.
4. Kompleks Masjid Besar Kotagede
Menyusuri gang-gang kecil, kiri kanan bangunan tua membawa saya ke ruang waktu tertentu. Berasa ada di jaman Belanda. Setiap sudutnya terasa eksotis dan menarik, apalagi sebelum bangunan-bangunan ini dipugar dan sekitarnya masih bangunan asli jaman dulu ya. Pasti sangat menarik.
Teman-teman, menyusuri Kotagede bukan sekedar melihat bangunan tua tapi memahami sejarah berdirinya bangunan tersebut, mengetahui fungsinya dan tentu nilai-nilai sosial.
Baca juga : Restoran Kampung Daun Bandung
Baca juga : Restoran Kampung Daun Bandung
Jika kalian berenacana ke Jogja, wajiblah mencoba walking tour Kotagede. Sensasinya berbeda lho. Untuk menginap kalian bisa sewa villa murah di Jogja . Banyak pilihan sewa murah dan bagus.
Komentar
Posting Komentar
Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)