Tahun Ajaran Baru, Nggak Semua Harus Baru!


alat tulis
Sejak pekan lalu toko buku dan alat tulis, toko sepatu hingga toko pakaian yang menjual seragam sekolah selalu penuh sesak. Orang tua beserta anaknya berbondong-bondong belanja keperluan sekolah. Terlebih bagi yang baru masuk sekolah pertama kali, pasti excited dan rasanya ingin memborong semua barang yang ada disitu.

Begitupun saya, si Mas tahun ini masuk SD dan si adek masuk TK kecil. Sebagai ibu yang baik saya juga belanja keperluan sekolah mereka donk. Kebetulan saya belanja sendiri setepah pulang kantor, nggak perlulah bawa mereka suruh milih mana yang disukai atau tidak. Bisa berabe, kelamaan dan boros. LoL

Tahun ajaran baru memang identik dengan semua baru. Tapi hal itu tidak berlaku bagi saya. Saya memang mamak pelit. Hahaha. Tidak semua peralatan sekolah saya beli, padahal sewaktu di toko dan liat barang-barang bagus dan lucu pengen beli semua, ngebayangin duo anak lanang pake tas baru yang kinclong dan alat tulis semua baru. Nampak keren. 

Yah, berhubung duo anak lanang punya emak yang medhit, mereka gagal jadi siswa baru dengan perlengkapan sekolah yang kinclong dan baru semua. Sabar gaes, sebenarnya saya tuch nggak pelit-pelit amat kok. Cuma lebih efisien dan efektif, 'pan udah jadi followernya Jouska_id harus pinter memanage uang donk. ((nggaya))

Ada beberapa pertimbangan kenapa di tahun ajaran baru tidak semua barang harus baru, antara lain:

1. Duo anak lanang masih punya tas yang bagus, belum rusak dan layak digunakan.

 Mereka punya tas kembar, jadi kalau yang satu beli lainnya juga harus dibelikan. Saat ini mereka masih punya tas jaman TK dan adek sejak PAUD. Tas tersebut menurut saya masih utuh, bagus, belum rusak dan sayang banget kalau nggak dipakai. Meskipun tas lama dari tahun lalu atau mungkin tahun sebelumnya , tas bergambar transformer itu bakalan sedih kalau dianggurin atau cuma dioprokin di pojokan kamar. Inget film Toy Story 'kan, gimana sedihnya Woody si koboi ketika Andy beranjak besar dan dia tidak dijadikan mainan lagi. Ntar tasnya bisa nangis gaes. LoL

2. Alat tulis masih banyak dan masih bisa dipakai

Jenisnya alat tulis itu banyak mams, kalau untuk anak TK dan SD tentu tidak sebanyak SMP yang perlu bolpoin, busur dll. Saya amati yang dipakai anak-anak cuma pensil, penghapus, dosgrip, pensil warna, pastel, lem, rautan, buku tulis dan buku gambar. 

Pensil anak saya sudah buanyak dan mereka kebiasaan setiap punya baru pasti langsung dirautin sehingga hampir semua pensil udah siap dipakai. Emaknya pengen beli yang baru sih tetapi sayang juga kalau nggak digunakan. Lha wong yang lama ajah masih utuh. Mau buat apa gaes?

Begitupun dengan penghapus, kapan itu baru aja buka penghapus baru dan baru kepake sedikit banget mosok terus dibuang ganti yang baru. Mubazir banget tho yo. Tetapi untuk buku tulis dan gambar saya beli baru semua, nggak lucu kali anak baru tapi buku tulisnya udah oret-oretan. Lagian anak SD keperluan lebih banyak dari anak TK. So, untuk urusan buku tulis dan gambar emaknya kagak boleh pelit gaes. :)

Untuk sepatu harus yang baru, bukannya sepatu lama rusak tetapi sepatu mas berwarna-warni padahal untuk SD sepatu diwajibkan hitam. Jadi tetep beli donk, sepatu yang lama masih digunakan saat olahraga ataupun jalan-jalan.

3. Mengajari mereka untuk hidup  prihatin

Dari lubuk hati yang paling dalam, sebagai orangtua yang budiman, baik hati, tidak sombong tapi tidak suka menabung ini saya ingin sekali melihat duo anak lanang masuk ke sekolah baru menggendong tas berukuran lebih besar dari tas lama dan baru. Bergambar idola mereka dan berisi alat tulis yang sepaket dan setema. Pengen gaes. Tetapi saya nggak boleh "egois" dalam belanja, nggak kalap dan mengajari mereka untuk hidup sederhana. Jika barang lama masih ada, bisa dipakai kenapa harus membeli yang baru dan barang lama jadi useless

Toh, sampai sekarang mereka juga nggak ngotot minta ini itu yang baru. Mereka tetap sih minta "Buk, beli tas donk" tetapi dengan sedikit pengertian saja mereka bisa mengerti dan have fun saja memakai barang yang lama.

Saya ingin mereka menjadi anak yang tidak manja, sederhana dan bisa memaknai setiap perjuangan. Saya tidak ingin menjadi anak arogan yang selalu marah jika keinginannya tidak dituruti. Beruntung sih saya anak saya terhitung jarang banget tantrum sejak kecil. 

Sering saya melihat anak mengamuk ketika tidak dibelikan mainan baru, ngambek saat lebaran tidak beli baju baru dan ditingkat dewasa banyak anak yang marah bahkan mengamuk pada orangtuanya karena tidak dibelikan motor. Ehm, saya berdoa pada Tuhan semoga anak saya kelak tidak seperti itu.

Tentunya hal itu melalui proses, pendidikan karakter tidak bisa instant. Semua harus dibiasakan dan diajari sejak dini. Btw, hidup sederhana itu bukanya kekurangan tetapi mengajari anak untuk menghargai uang dan menggunakan secara bijaksana. membeli barang karena memang dibutuhkan. Kalau ada pakaian dan perlengkapan sekolah yang masih bagus dan bisa digunakan kenapa harus beli yag baru.

Tak perlu gengsi gengs, yang penting esensinya.

Jadi, menurut kamu, di tahun ajaran baru ini semua mesti baru nggak?

Komentar