Stop Multitasking!

Aneka pekerjaan ganda perempuan

Kita sering melakukan banyak hal secara bersamaan. Contoh sederhana kita sedang mengentri data, sambil mendengarkan musik dan sesekali ngobrol dengan teman.  Atau hal yang lebih berat dialami perempuan saat dirumah. Dimana banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jika bisa dalam waktu yang singkat.  Menyalakan mesin cuci disela-sela menggoreng dan lari-lari menuju kamar melihat anak yang sedang bermain. Ada kalanya pekerjaan itu cepat selesai, tapi panci gosong atau anak terjatuh karena lepas dari pengawasan kita bisa sering juga terjadi.

Multitasking merupakan istilah dalam teknologi informasi. Saya dulu pertama mendengarnya saat pelajaran semasa kuliah. Multitasking bisa diartikan proses penyelesaikan beberapa tugas  yang dilakukan oleh CPU dalam waktu yang bersamaan. Sederhananya sih tugas ganda/dobel pekerjaan. Ketika kita mengerjakan hitungan menggunakan program excel, kita juga bisa mendengarkan musik dari winamp serta mencari data dari internet dalam waktu yang bersamaan.

Sebuah komputer memang disetting untuk itu. Pastinya proses itu berjalan lancar jika dilakukan sesuai kapasitas prosesor. Jika spesifikasi prosesor besar kita bisa membuka aplikasi pengolah gambar juga tapi jika prosesor kecil dan banyak software yang dibuka, bisa-bisa komputer malah ngehang dan k taita gagal menyelesaikan semuanya.


Inilah zaman mutitasking!

Beberapa tahun belakangan, tak hanya komputer yang melakukan multitasking. Tapi manusia juga, melakukan pekerjaan ganda demi efisiensi waktu dan memperoleh hasil yang lebih maksimal. Apalagi dengan adanya gadget atau smartphone yang dibuat  untuk menunjang kegiatan multitasking, banyak fitur dan fungsi yang dikemas menjadi satu agar kita bisa menjalankan tugas ganda secara bersamaan.


Saat makan siang sesekali saya membaca berita online dari smartphone, sambil tetap berbincang dengan teman dan mata terkadang melirik ke layar TV.  Begitupun dalam dunia kerja, dari pagi sampai sore saya bekerja di kantor, disela waktu longgar berjualan online. Malam hari saat anak-anak sudah tidur saya menulis di blog. Begitupun suami, dari pagi sampai sore ke proyek, saat malam menggambar design rumah pesanan orang, masih dilanjut membungkus batu akik   yang dipasarkan melalui Bukalapak.com . Paginya mengirim ke paketan ke JNE.  

Tak hanya saya dan suami, banyak orang juga mempunyai lebih dari satu pekerjaan.  Ada pekerjaan utama, sampingan dan pekerjaan yang dilakukan di moment tertentu. Contoh lain adalah seorang  teman. Bekerja sebagai staf, dirumah buka laundry, saat ada event menjadi MC dan saat libur mengantarkan tamu dengan mobil yang dia sewakan. Begitu sibuk hidupnya.

Mengapa banyak orang rela melakukan banyak pekerjaan seperti itu?

Alasan  klasiknya adalah demi meningkatkan pemasukan atau pendapatan, guna mencukupi kebutuhan hidup yang semakin lama bukannya berkurang tapi malah meningkat. Jaman dulu, kebutuhan hanyalah primer , sekunder dan tersier.  Kalau sekarang ada lagi kebutuhan lifestyle. Bahkan ada pepatah mengatakan "uang bisa mencukupi kebutuhan hidup, tapi takkan pernah cukup untuk mengejar gaya hidup".
Jika dulu traveling atau piknik hanya dilakukan setahun sekali saat libur sekolah. Itupun bareng-bareng naik bis, sekarang banyak keluarga yang tiap bulan mengagendakan piknik. Pastinya nggak cukup pendapatan dari satu pekerjaan untuk bisa mengcover biaya tersebut. Belum lagi  jika sang istri suka beli tas dengan harga jutaan. Suami harus banting tulang kerja nyabet sana sini. Kecuali pekerjaan utama dilahan basah dengan gaji yang "wow".

When multitasking goes wrong?

Punya banyak pekerjaan itu boleh-boleh saja lho. Sah. Asal pekerjaannya halal dan tidak merugikan orang lain. Permasalahannya adalah apakah mereka happy, bahagia dengan banyaknya pekerjaan yang pastinya menguras pikiran, tenaga dan waktu. Jangan-jangan dengan adanya banyak pekerjaan itu membuat pikiran kita bercabang dan tidak bisa konsentrasi. Waktu istirahat berkurang, perhatian terhadap keluarga berkurang bahkan bisa menyebabkan stress.

Menjelang lebaran kemaren, suami saya menerima order online shop cukup melimpah. Siang dengan pekerjaan utama dan malam sibuk dengan olshop. Sungguh, family time berkurang. Waktu bermain dengan anak-anak hampir tidak ada dan saat weekend pun dia masih saja sibuk. Ada sisi positifnya yaitu materi meningkat, tapi ada yang kurang dari sisi batin. Jujur, saya memilih dia mendapat order biasa saja dan kami banyak waktu untuk bersama-sama. 



Jika banyaknya pekerjaan membawa efek negatif seperti yang saya sebutkan diatas, kenapa kita tidak fokus dengan satu pekerjaan dan melakukannya dengan sukacita. Terlebih jika kita tidak bisa mengukur kemampuan dan memforsir seluruh tenaga, justru malah menyebabkan tubuh lelah dan sakit.

Segenggam ketenangan lebih baik dari dua genggam jerih payah, kalau saya menafsirkan seperti ini, jika kita melakukan satu pekerjaan dengan sukacita, walaupun hasilnya tidak sebanyak ketika dobel pekerjaan. Asal kita bisa bersyukur dan menikmatinya hidup akan lebih tenang. Daripada menjalankan banyak pekerjaan tapi hidup kemrungsung, pikiran bercabang dan mengabaikan keluarga, tentu akan lebih baik jika mengerjakan satu hal tapi dengan segenap hati.

Menjalankan banyak pekerjaan secara bersamaan/multitasking atau mempunyai beberapa perkerjaan memang hal yang membanggakan. Tapi ada beberapa akibat dari multitasking yang harus kita tahu :
1. Hasil pekerjaan tidak maksimal
2. Merusak otak
3. Kurang efisien
4. Menimbulkan banyak kesalahan
5. Tingkat stress tinggi.

Readers, apakah kalian masih berniat meneruskan kebiasaan multitasking atau menghabiskan waktu dengan tumpukan pekerjaan? Jangan sampai everextention lah. Tapi jangan juga menjalani hidup dengan berleha-leha. Karena kunci sukses adalah kerja keras. Pastinya hidup kalian jangan seperti menjaring angin. Kesia-siaan. Bermateri. Tapi tanpa sukacita.





Komentar

  1. Nek cewek ki ra iso je nek ra multitasking. Hihi

    BalasHapus
  2. Hihihi, aku masih bermultitasking mba. Masih belum nemu formula yang pas dalam membagi waktu supaya pekerjaan yang banyak bisa diselesaikan satu-satu

    BalasHapus
  3. bikin ngga fokus yang berefek safety. karena tadi pagi multitas banget..sampai lupa ngeklik tali helm..aaaakk

    BalasHapus
  4. Kalau aku sih, mak, lihat kerjaannya dulu. Kalau memang bisa disambi, multitasking ngga masalah. Misal nih, pas habis masukkan cucian ke mesin cuci. Tp kalau kerjaan yg ga bisa dikerjakan barengan, aku ga berani buat multitasking. Alamat kacau atau malah ga selesai2

    BalasHapus
  5. Saya pernah bikin tulisan juga tapi hubungannya dg menjadi manajer pengasuhan keluarga...yaitu tentang bagaimana multi tasking mengurangi energi dan akhirnya kebahagiaan..knp bnyk pria sukses drpada wanita hubungannya erat dg kemampuan mrk utk fokus

    BalasHapus
  6. merusak otak itu yang meakutkan ya, aku jug akadang melakukan multitasking. Bener hasilnya tidak maksimal harus segera managa waktu yang baik nih

    BalasHapus
  7. betul banget itu multitasking gak semuanya bagus, kaya aku mbak ini keteteran karena terlalu banyak yg dipegang

    BalasHapus
  8. ndak mbk prim, multitasking bnr2 bikin lelah jiwa dan raga, cukup dua aja deh, atau tiga ya, ah dua aja lah yah*malau, mamak galau

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)