Kebersamaan bersama keluarga saat menginap di Villa Budi Luhur
di Bukit Sekipan harus berakhir. Jam menunjukkan jam 12.00 dan kami
harus segera check out dari villa. Sayang banget, padahal villanya asyik
banget dengan view hutan pinus dan kebun strawberry. Ohya, bagi kalian
yang belum tahu, Bukit Sekipan berada di daerah Tawangmangu.
Pemandangannya tak kalah bagus dengan Tawangmangu, dan pastinya tidak
secrowded Tawangmangu saat musim liburan.
Struktur dan susunan Candi Sukuh sangat berbeda dengan candi-candi lain di Jawa bukan? Ada beberapa teras dan gapura. Relief Sengkala Memet tampak menghiasi dinding gapura pertama. Sedangkan pada candi induk dihiasi relief mitologi utama Candi Sukuh yaitu Kidung Sudamala.
Yeeey, cerita piknik kali ini berakhir dengan foto kami bareng para krucil. Pemirsah, kapan kalian ke sini, semoga saat kalian ke Candi Sukuh, sudah tidak ada pemugaran dan Candi Sukuh tampil makin cantik.
Villa cantik dengan hutan pinus di belakangnya |
Rugi
rasanya jika sudah sampai di daerah Karanganyar tapi nggak piknik. Ada
beberapa tempat wisata yang sudah saya catat, seperti Kebun Teh
Kemuning, Candi Cetho dan Candi Sukuh. Mengingat waktu yang terbatas,
kami hanya ke Candi Sukuh yang berada Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar.
Dari
Tawangmangu menuju arah Ngargoyoso ditempuh sekitar 30 menit. Jalan
yang berkelok-kelok dan menanjak. Pastikan kendaraan kalian fit, karena
Candi Sukuh berada di ketinggian 1.186 m diatas permukaan laut.
Pemandangan cantik lereng Gunung Lawu saya nikmati sembari membuka
jendela mobil. Udara dingin langsung menampar muka dan anak-anak
langsung terbangun karena kedinginan.
Sampai
di Candi Sukuh kami tak langsung masuk ke lokasi, tapi nyari yang
anget-anget dulu alias pesen mi rebus di warung dekat parkiran. Mas Bojo
rupanya kelaparan karena tadi belum makan siang. Tempat parkir di Candi
Sukuh tidak terlalu luas, tapi muatlah untuk 10an mobil.
Perut
kenyang dah pandangan jadi lebih jelas, hehehe. Saya langsung membeli
tiket masuk di pos, dan petugas memberi tahu saya untuk memakai kain
kampuh yang sudah disediakan. Pastinya tidak gratis ya, donasi
seiklasnya wajib dimasukkan ke kotak. Bagi orang dewasa diwajibkan
memakai kain bercorak kotak-kotak hitam yang mengingatkan saya akan
Bali. Sedangkan anak-anak menggunakan kain kuning.
Selain
saya sekeluarga ada beberapa wisatawan domestik dan bule yang sedang
ngobrol dengan warga sekitar. Salut ya, mereka yang bukan orang
Indonesia begitu antuasias akan cagar budaya kita. Sayang, kala itu
Candi Sukuh sedang dipugar, padahal saya tertarik melihat candi yang
bentuknya seperti Piramida Mesir atau mirip peninggalan suku Maya di
Mexico.
Struktur dan susunan Candi Sukuh sangat berbeda dengan candi-candi lain di Jawa bukan? Ada beberapa teras dan gapura. Relief Sengkala Memet tampak menghiasi dinding gapura pertama. Sedangkan pada candi induk dihiasi relief mitologi utama Candi Sukuh yaitu Kidung Sudamala.
Sejarah Candi Sukuh
Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928. (Sumber Wikipedia)
Setelah
teras ketiga, ada pelataran yang luas. Pengunjung bisa duduk-duduk
santai sambil ngobrol bareng keluarga atau selfie bareng biar kekinian.
Yuk lanjut naik lagi yaaa. Patung-patung yang sudah tidak utuh lagi
menghiasi pelataran ini. Patung Garuda, Kura-kura, garuda serta
relief-relief, masih ditemukan pula
beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah
berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana
gajah.
Di
pel pelataran terakhir ada candi utama yang tertutup seng dan
bambu-bambu. Bulan Agustus kemaren sedang ada renovasi di Candi Sukuh.
Sehingga saya tidak bisa menikmati Candi yang terkenal dengan patung
"saru"nya ini.
Kenapa saru karena terhampar di lantai, terdapat pahatan yang
menggambarkan phallus dan vagina dalam bentuk yang nyata yang hampir
bersentuhan satu sama lain. Pahatan tersebut merupakan penggambaran
bersatunya lingga (kelamin perempuan) dan yoni (kelamin laki-laki) yang
merupakan lambang kesuburan. Saat ini sekeliling pahatan tersebut diberi
pagar, sehingga gapura tersebut sulit untuk dilalui. Untuk naik ke
teras pertama, umumnya pengunjung meggunakan tangga di sisi gapura. Ada
keyakinan bahwa pahatan tersebut berfungsi sebagai 'suwuk' (mantra atau
obat) untuk 'ngruwat' (menyembuhkan atau menghilangkan) segala kotoran
yang melekat di hati. Itulah sebabnya relief tersebut dipahatkan di
lantai pintu masuk, sehingga orang yang masuk ketempat suci ini akan
melangkahinya. Dengan demikian segala kekotoran yang melekat di tubuhnya
akan sirna.
Yeee,
kalau yang ini bukan saru yaaa, tapi ada yang lagi ngelamar kekasihnya,
hehehe. Anak saya tampak pose bareng Ibuk saya. Banyaknya patung
seperti mainan bagi anak-anak. Berbentuk hewan dan mereka sangat ingin
menaiki patung celeng itu.
Yeeey, cerita piknik kali ini berakhir dengan foto kami bareng para krucil. Pemirsah, kapan kalian ke sini, semoga saat kalian ke Candi Sukuh, sudah tidak ada pemugaran dan Candi Sukuh tampil makin cantik.
Komentar
Posting Komentar
Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)