Ternyata Media Sosial Memiliki Peranan Penting Dalam Mencegah HOAX, Black Campaign dan Korupsi



Tahun ini ada banyak daerah yang punya hajat besar pemilihan kepala daerah. Bahkan di tahun depan juga ada pemilihan presiden yang digelaar 5 tahun sekali. Timeline pasti akan memanas dan segala black campaign sudah mulai ditebar.

Sobat Prima, jika timeline sosial media kamu mulai menghangat mending jangan buka sosmed, eh nggak gitu juga kali. Kita harus bisa menyikapi itu semua dengan dewasa dan berpikiran terbuka. Black campaign 

Dalam rangka mengantisipasi black campaign jelang Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, BSI (Bina Sarana Informatika) Yogyakarta bekerjasama dengan Forum Akademisi Indonesia mengadakan Seminar IT, Ethics, Regulation and Cyber Crime dengan tema "Kekuatan media sosial dalam pemberantasan korupsi dan cegah black campaign jelang pemilu".



Seminar berskala nasional ini rutin diselenggarakan oleh BSI dan selalu diminati oleh mahasiswa, guru ataupun karyawan dengan background IT. Seminar diadakan di ballroom hotel Grand Sarila jalan Magelang dan diikuti puluhan peserta dengan berbagai latar belakang.

Indra C Uno, ketua Akademisi Indonesia

Selain para narasumber turut hadir ketua Akademisi Indonesia yaitu Indra C Uno yang juga kakak dari Wabup DKI. Dalam sambutannya Indra menceritakan tentang adanya black campaign saat PILKADA DKI yang lalu, sehingga diharapkan ke depan tak ada black campaign lagi.

KOMBES POL Drs. TEGUH SARWONO, M.Si.

Wakapolda DIY juga memberikan sambutan mewakili KAPOLDA yang batal hadir. Bapak KOMBES POL Drs. TEGUH SARWONO, M.Si membacakan sambutan resmi dari KAPOLDA yang intinya mendukung seminar serta pentingnya generasi milenial tahu tentang bahayanya HOAX dan Black Campaign.


Narasumber yang dihadirkan di Seminar tersebut merupakan pakar di bidang Cyber Crime dan tokoh nasional yaitu Kombes Pol Gatot Agus Budi, Sudirman Said, MBA dan Dr. H. Abdullah Hehamahua, SH, MM. Seminar yang juga membedah buku Jihad Memberantas Korupsi dimoderatori oleh Dr. Mochammad Wahyudi, MM, M.Kom, MPd, CEG, CHFL yang merupakan Wadir Akademik BSI.



Pada sesi pertama Kombes Pol Gatot Agus Budi memaparkan tentang peran media sosial dalam pemberantasan korupsi, PILKADA 2018 dan PILPRES 2019. Beliau menjelaskan tentang black campaign yang merupakan kampanye yang bertujuan untuk membunuh karakter seseorang atau produk yang menjadi kompetitor, namun informasi yang disampaikan dalam kampanye hitam adalah fitnah, kebohongan dan tuduhan tanpa bukti.






Pada sesi selanjutnya Bapak Sudirman Said, MBA yang merupakan mantan menteri ESDM juga turut menjelaskan banyak contoh kasus korupsi dan realitanya dalam penanganan hukum. Keberadaan sosial media sangat penting khususnya dalam pelaporan kasus. Banyak pejabat daerah yang ditangkap oleh KPK karena kasus korupsi berkat laporan masyarakat yang melihat indikasi kecurangan yang dilakukan oleh pejabat tersebut. Sampai saat ini setidaknya 476 pejabat dan 98 kepala daerah yang ditangkap oleh KPK karena kasus korupsi.Wow, jumlah yang memprihatinkan.

Sudirman Said, MBA

Pembicara terakhir adalah  Dr. H. Abdullah Hehamahua, SH, MM. Beliau menjelaskan jika korupsi merupakan extraordinary crime, kejahatan luar biasa dan harus dicegah dan ditangani dengan cara yang tak biasa juga. Masyarakat bisa mulai pencegahan tindakan korupsi bisa dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat seperti keluarga. Saat ini korupsi sudah sangat mengakar sangat kuat di Indonesia, bisa dibilang merupakan sistemik dan mengakar. Mantan penasehat KPK yang terjun langsung didunia pemberantasan korupsi ini juga menulis buku berjudul Jihad Memberantas Korupsi. Jihad berarti berusaha dengan sungguh-sungguh, beliau berharap semua elemen berani berjihad memberantas KKN, terlebih sekarang koruptor juga berani melakukan tindakan ancaman yang untuk menjegal KPK, yang dilakukan terhadap Novel Baswedan. 
Sobat Prima, konon kecepatan berita bohong lebih secepat cahaya, lebih cepat dari berita yang sesungguhnya. Yuk lebih bijak memainkan jempol kita diatas layar gawai. Tahan diri untuk tidak share, cek terlebih dulu apakah suatu berita benar? Jika benara bagaimana efeknya terhadap masyarakat, jika hanya akan meimbulkan percekcokan mending jangan dibagikan ke banyak orang. Mari cegah korupsi, black campaign dan HOAX.


Komentar