Soto Gedhek Cungkrungan, Bukan Sekedar Pengobat Lapar, Tapi Pengobat Rindu



Mengobati kerinduan tentulah dengan jalan bersua. Bertemu secara langsung. Lalu gimana kalau kangen sama  masa lalu 'kan waktu nggak bisa diputar dan kita nggak punya mesin waktu yang bisa mengantar ke jenjang waktu yang kita rindukan?

Seperti saat ini, saya begitu merindukan masa kecil dan kenangan-kenangan yang menyertai kebahagiaan saya sepanjang kanak-kanak.

"Yank, aku pengen soto deket pengadilan, nanti pas pulang mampir ya" setengah merayu saya meminta suami untuk mampir ke warung soto langganan saya semasa kecil.

"Yoh" Jawab suami saya.

Dua hari menghabiskan akhir minggu di tempat Ibu belum memuaskan "kerinduan" saya. Masih ada yang kurang. Ternyata saya kangen makan soto ayam langganan kami 25 tahun yang lalu. Warung soto di tahun 90an belum sebanyak sekarang. Dimana setiap sudut desa, pinggir jalan atau di kota bisa dengan mudah kita temukan warung soto. Jenis sotopun semakin beragam, dari soto ayam, soto sapi, soto kudus, soto lentok dan mungkin masih ada jenis soto lain.



Seingat saya salah satu soto legendaris di Klaten adalah Soto Gedhek Sungkur. Berada di jalan Jogja Solo tepatnya di Sungkur atau dekat Pengadilan Klaten. Jika kita dari timur warung soto ada di sebelah kiri. Soto itu ada sebelum saya lahir. Entah tahun berapa berdirinya secara pasti saya juga kurang tahu.

Memang tidak setiap hari saya sekeluarga jajan soto di warung Soto Gedhek Sungkur. Kulineran di masa lalu jadi sebuah momen yang istimewa, hanya makan soto sekalipun. Makan diluar rumah menjadi momen yg spesial tak seperti orang sekarang yang hobi jajan dan juarang sekali masak (tunjuk hidung sendiri). Lol.

Beruntung saya punya suami yg baik, selalu menuruti permintaan istri. Entah, karena beneran manut atau karena takut nggak dapat jatah malemnya. Lol. Mobil berhenti pas di depan warung. Tempat parkir yang terbatas membuat suami harus memarkir agak jauh. Motor-motor berjajar di depan warung. Rupanya lahan yang makin sempit karena jalan yang terus diperlebar membuat warung Soto Gedhek tak memiliki lahan parkir yang luas. Tetangga kanan kiri rupanya enggan memberi ruang parkir, rambu bergambar huruf P yang dicoret sudah menjadi pertanda jelas. Dilarang parkir.




Saya sudah lupa kapan terakhir ke sini. Mungkin sudah sepuluh atau dua puluh tahun nggak menikmati soto Gedhek. Soto gedhek memang terkenal karena gedheknya (dinding bambu). Meskipun bangunan luar sudah berubah tapi gedhek masih ada di bagian luar.  Saya rindu gedhek ternyata :D



Soto Gedhek merupakan soto ayam dengan kuah yang bening. Kaldu dari ayam kampungnya begitu terasa. Kentang yang diiris tipis, digoreng hingga kering menambah cita rasa tersendiri. Aroma cengkeh membuat soto gedhek punya rasa khas. Sayang porsi nasinya cuma sedikit. Padahal mangkoknya gede. Lol.




Sesuap demi sesuap  nasi soto mengobati kerinduan saya. Aprin kecil duduk manis sembari tak henti menggoyangkan kaki  nampak menikmati soto dengan gembira. Bapak dan adik saya juga lahap menyantap soto panas mereka. Ingatan saya melayang ke 25 tahun yang lalu. Sepulang dari gereja Bapak bablas ke Klaten dan mengajak kami sarapan soto di warung Soto Gedhek. Kami hanya bertiga karena dulu kami cuma punya 1 motor. Ibuk tidak diajak karena tidak muat boncengan berempat.

Hanya makan soto menjadi sebuah kemewahan bagi kami. Berteman lauk tempe goreng dengan ukuran besar. Tepung tipis yang menyelimuti dan sensasi kriuknya tak berubah hingga sekarang. Ayam kampung goreng nampak begitu menggoda. Soto Gedhek memang menghadirkan ayam kampung asli sebagai sajian utama. Baik itu sebagai kaldu ataupun lauk.




Ruangan yang dulu terasa besar sekarang nampak sempit. Bagi Aprin kecil warung soto itu besar, bisa muat banyak orang tapi bagi saya sekarang yang ukuran badannya mungkin 5x lebih besar terasa kurang lega.

Tak banyak yang berubah dari warung Soto Gedhek. Mungkin hanya dinding-dinding tua sudah dicat ulang dan dikeramik. Beragam kalender dari macam-macam toko tertempel di dinding. Jam dinding berwarna biru dengan tulisan VIVA menarik perhatian saya. Sebuah toserba legendaris pada jamannya. Sewaktu masih SD toko VIVA menjadi toserba paling lengkap dan paling laris. Saya agak lupa toko Laris sudah ada belum ya. Toko VIVA berada di sebelah utara masjid Klaten. Sekarang menjadi Matahari. Sebelum Matahari dibangun sempat berjaya toko VIVA disana.



Sampai sekarang warung Soto Gedhek Sungkur masih ramai pengunjung. Entah itu musafir yang sedang lewat jalan Jogja-Solo, pelanggan yang rutin sarapan disini, atau pengunjung yang tak hanya ingin mengobati rasa laparnya tapi juga menjadi pengobat rindu.

Kenangan kulineran bersama Bapak memang sudah terobati. Tapi kerinduan akan masa kecil yang bahagia, Bapak yang galak tapi sangat menyayangi kami akan tetap ada di hati. Rindu itu akan tetap ada, karena rindu adalah candu.

Komentar

  1. Nuwun infonya Mbak. Selama ini klo lewat Klaten ke timur jarang lewat di depan pengadilan, seringnya ngambil jalan-jalan desa. Nggak ngeh kalau ada warung soto ini.

    BalasHapus
  2. wooww otentik banget, kalau ke klaten harus mampir

    BalasHapus
  3. Makan soto kalo nggak ada tempe goreng tepung rasanya kurang sip gitu haha....

    BalasHapus
  4. Wah boleh nih, saya punya temen yang rumahnya di belakang pengadilan. Kapan2 main dan minta di traktir soto gedhek ini ah. Makasih tan Prima....

    BalasHapus
  5. Sotonya berarti dah lama banget dong ini ya. Aku juga suka banget sama soto. Tapi suka aneh kalau bikin sendiri ga pernah enak hehe

    BalasHapus
  6. Aisshhh kebetulan 28 okt nanti aku mau k solo. Mau mampir ah k klaten nyobain sotonya :D. Suka nyobain soto bening gini. Rasanya sueegerr :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)