Ketika Galau Tiada Tara Mendera


Seperti biasa, ketika rapat saya tidak memegang hp, terlebih jika saya punya tanggung jawab khusus yaitu menjadi notulen dan membantu paparan dari atasan saya. Pukul setengah sepuluh rapat sesi pertama selesai dan saya mengambil handphone yang saya charge di meja kerja. 
Beberapa notifikasi sosmed saya abaikan karena ada pesan via Whatsapp dari guru si mas, anak sulung saya. Perasaan saya seketika kalut dan sedih membaca pesan dari Bu Guru yang mengabari jika Mas muntah di sekolah dan badannya panas. Serta  meminta saya untuk menjemput dan pulang mendahului teman-temannya.

Saya lihat jam terkirimnya sudah dari jam delapan lewat sedikit, artinya pesan sudah dikirim lebih dari sejam yang lalu. Sontak saya menelepon  Mas Bojo supaya menjemput mas. Tetapi telepon tak segera diangkat, beberapa kali kirim WA juga cuma centang belum terbaca. Kalut. Bingung. Hadeeeh Mas Bojo kemana tho ini.

Perasaan saya campur aduk, hingga beberapa menit kemudian Ibu Guru mengabari jika Nathan sudah dijemput. Saya langsung sadar jika tadi si Bapak mungkin lagi OTW, karena Mas Bojo biasa menjemput Mas seperempat jam sebelum jam pulang.

"Mas disuruh minum yang banyak pak"

"Beri parasetamol satu sendok, obatnya dikulkas"

"Kalau mau disuruh maem"

Bla....Bla....Bla....


Pesan bertubi-tubi saya kirimkan ke Mas Bojo. Saya agak tenang Mas sudah ada yang menghandle dan saya harus kembali rapat. Di kantor lagi sepi, yang lain juga didisposisi untuk kerjaan lain, saya tidak bisa meninggalkan kantor saat itu.

Pukul satu mas Bojo ngabarin kalau Mas panas lagi dan muntah. Hadew. Saya panik tapi ngga bisa ngapa-ngapain. Saya suruh dibawa ke dokter saja biar dapet obat untuk muntahnya.  Saya berusaha mencari teman untuk nggantiin posisi saya, tapi yang ada di kantor teman senior yang belum pernah megang sistem dan ngga sanggup untuk ngantiin.
 
Saya share di grup WA kantor kalau anak panas dan harus segera pulang, untung teman saya yang rapat di kantor lain segera pulang dan bersedia menggantikan tugas saya. Jam dua pulang kantor dan sampai di rumah jam tigaan, anak lanang sudah dibawa ke dokter dan minum obat anti mual. Badannya lemes dan masih panas. Saya sedih pemirsah :(
 
Anak panas sudah sering lah dari kecil, sebenarnya saya tidak pernah sepanik ini. Jika anak panas saya beri parasetamol yang selalu tersedia di rumah, jika lebih dari dua hari belum sembuh juga baru saya bawa ke dokter. Itupun ke dokter keluarga ASKES yang gratis dan tentu obatnya generik. Opsi terakhir bila lebih dari 4 hari masih panas atau batpil baru saya bawa ke dokter spesialis anak.

Lalu kenapa baru panas beberapa jam saya panik dan galau?

Itu karena hari Jumat dini hari saya harus pergi selama 2 malam dan menginap di Semarang. Apa yang saya kawatirkan dan tidak saya harapkan selama dua minggu ini malah kejadian. Rencananya tanggal 5-7 Mei saya mengikuti FamTRip di Kota Semarang bersama travel blogger dari beberapa kota dan bakal menjelajah kota Semarang bareng Dinas Pariwisata serta Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang. Jauh-jauh hari saya sudah mempersiapkan diri, termasuk ijin kantor hingga doa agar duo anak lanang baik-baik saja.

Terkadang, kekawatiran yang berlebihan memberi sugesti negatif. Sering saya kayak gini. Jauh-jauh hari sudah memplanning sesuatu tapi malah gagal.  Mungkin juga si anak merasa kalau mau ditinggal dan alam bawah sadarnya merasa dia tidak mau ditinggal dan malah sakit.

Untung Mas Bojo juga tanggap, dia langsung membawa Mas ke dokter, mungkin dia sadar jika Mas harus segera sembuh, karena kalau tanpa Ibunya di rumah dalam keadaan kurang sehat dia yang bakal kerepotan sendiri.

Sadar jika Mas harus segera sembuh, hari Kamis saya ijin tidak ngantor. Panas badan masih turun naik, kalau sudah minum obat suhu tubuh turun dan dia ngga lemes. Mau mainan dan makan seperti biasa. Saya agak tenang dan berharap Mas lekas sembuh.

Tapi entah kenapa, malamnya suhu tubuh meninggi. Beberapa kali saya cek pake thermometer suhunya sampai 39 lebih. Pikiran saya semrawut. Antara kekawatiran anak panas, kalau kejang gimana, kalau DB gimana, kalau tipes gimana hingga kemungkinan terburuk.

Ditambah hati galau, antara jadi berangkat ke Semarang atau enggak. Padahal tiket travel pulang pergi sudah dibeli.

Rasanya saya ingin memutar waktu dan dua minggu yang lalu tidak bersedia ikut acara ini. Hati sama sekali ngga tega meninggalkan Mas dalam keadaan seperti itu. Semalaman saya tidak tidur, rasanya saya ingin mengehentikan detak jam yang berputar. 

Saya kompres seluruh badan Mas, hingga berkali-kali. Sebelumnya Mas tidak pernah panas sampai seperti ini. Menggigau bahkan kadang seperti mau kejang. Saya panik, sedih, galau, kecewa, takut dan merasa bersalah pada anak-anak serta pada komunitas dan pada teman yang ,mengundang jika saya sampai tidak jadi berangkat ke Semarang.

Pukul 2 dini hari Mas masih panas dan rewel, dan adiknya juga ikut demam. Ya Tuhan cobaan apa ini. Biasanya mereka sehat. Sudah lebih dari 6 bulan mereka tidak demam. Kenapa mesti sekarang. Kenapa saat saya harus pergi di acara penting?

Pikiran saya berputar, bagaimana mencari alasan jika tidak datang. Kawatir jika dibully kenapa membatalkan mendadak dan segala macam pikiran negatif. Dunia maya bagi saya lebih kejam dari dunia nyata. 

Jam dua lewat sedikit Mas Bojo bertanya saya jadi berangkat nggak, karena kalau mau berangkat setengah tiga sudah harus ada di pool. Saya menggeleng dan lihat keadaan Mas dulu. Tiket travel tertera pukul 3 pagi. 

Telepon beberapa kali berdering dan ternyata dari pihak travel mengabari jika saya sudah ditunggu. Dan saya masih dirumah yang jaraknya 20 menit dari pool, belum packing sama sekali juga. Pukul 3 demam Mas turun, dia mulai tenang dan tidur angler, saya agak lega. 

Travel menelepon lagi dan saya minta ganti jam saja   dan berangkat yang pukul lima. Terlambat sedikit nggak papalah dari pada enggak, ternyata yang ada cuma jam 4 dan jam 6. Ya sudah saya minta di tunggu yang jam 4 saja. 

Saya memastikan suhu badan Mas dan dia sudah tenang dan tidak mengigau serta rewel. Sungguh saya tidak ingin berangkat tapi gimana. Saya tidak bisa membatalkan seketika.

Suami meyakinkan saya kalau Mas akan baik-baik saja dan mengantar saya menuju travel. Mertua saya bangunkan untuk menjagai duo anak lanang dan saya diantar Mas Bojo. Saya juga niatnya yang penting sampai Semarang dan kalau anak tidak terkondisikan saya langsung pulang. Yang penting unjuk hidung dulu ke panitia.

Tepat pukul 4 saya sampai di pool dan mas bojo langsung cus pulang.

Di perjalanan saya cuma berdoa agar Tuhan menjagai duo anak lanang dan memberi kesembuhan kepada mereka serta memberi kekuatan pada suami. Saya berpesan pada Mas Bojo agar langsung beli bubur buat Mas, karena kalau lebih dari jam 5 bakalan ngantri lama.

Langit masih gelap dan dingin ketika mobil yang saya tumpangi meninggalkan Jogja. Saya langsung tertidur setelah hampir dua malam tidak tidur dan menjagai anak lanang. Entah, barang yang saya bawa sudah lengkap belum karena saya packing cuma sebentar. Pasti ada yang ketinggalan dan ternyata charge HP serta powerbank tidak kebawa. 

Mobil melaju cepat, kota Semarang mulai terlihat. Kota yang sudah dua minggu ini terbayang-bayang di kepala. Meskipun saya sudah beberapa kali ke Semarang tapi momentnya beda. Excited bakal ketemu Wira Nurmansyah, travel blogger ngehits, Koper Traveler yang follower IGnya puluhan K dan blogger lain yang kece tersapu kegalauan dan kesedihan karena anak sakit.

Tapi Tuhan ternyata sangat baik, Jumat pagi pukul 8 Mas Bojo memberi kabar kalau anak-anak baru saja bangun dari tidur angler mereka. Jika tadi semalaman Mas rewel, semenjak saya berangkat anteng dan jam 8 baru bangun. Mereka mau sarapan, minum obat dan beraktivitas seperti biasa. Saya tenang dan Puji Tuhan saya bisa melanjutkan aktivitas dengan tenang.

Meskipun begitu, di sela-sela jelajah ke tempat wisata saya selalu mengkontrol kondisi Mas. Kata suami mereka makin banyak makan dan minum dan Sabtunya sudah sehat. Im Happy, kegalauan saya hilang. Anak-anak sembuh dan saya bisa menjalankan tugas dan bergabung bareng temen blogger di FamTRip Blogger 2017.

Pemirsah, terkadang apa yang kita rencanakan memang tidak sesuai dengan kenyataan. Hadapi dan sebisa mungkin diatasi dengan cepat. Tapi jika hal terburuk terjadi, pilih yang resikonya paling sedikit. Apabila sampai jam 3 Mas masih panas dan rewel, jelas saya tidak mungkin meninggalkan dia dan menggadaikan keselamatan anak. Bagaimanapun anak adalah harta paling berharga dan tugaks saya sebagai orang tua untuk menjaga dia. Dan yang terpenting, jaga komunikasi dengan pasangan dan selalu bekerjasama dengan baik. Makasih ya Mas Bojo mau menjaga anak-anak. Ailopyu pull wis.


Pemirsah, jangan lupa baca cerita keseruan Fam Trip di Kota Semarang yaa

Jelajah Desa Wisata Hingga Wisata Ekstrim Trabas

Komentar

  1. Semoga anak-anak lekas pulih ya Mbk, salam buat 2 lanang.

    BalasHapus
  2. Ternyata gak cuma anak mudah aja yang lugau hehe, salam kenal mbak

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)