Yesus Memeluk Saya Saat Malam Kamis Putih


Tepat pukul delapan malam, misa perayaan hari Kamis Putih dimulai. Saya sengaja berangkat misa ke 2 dengan jadwal lebih malam. Saya sempat ragu dan berniat berangkat di misa jam 5, tapi Mas Bojo lebih setuju berangkat yang jam 8. Ok, kami sepakat dan tinggal mengkondisikan duo anak lanang.

Kekawatiran duo anak lanang bakal ngantuk dan rewel terbantahkan. Selama 3 tahun semenjak anak-anak balita, saya belum pernah mengikuti misa di dalam gereja. Seringnya duduk di joglo, karena mereka masih suka jalan jalan keluar. Eh, semalam duo anak lanang duduk anteng dan ngga ngantuk blas. Kami duduk di deretan depan dekat paduan suara, dan saya bangga mereka ngga rewel dan duduk manis.

Bagi saya, selama Pekan Suci dari Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah, moment yang paling mengena di hati pas Kamis Putih. Kenapa? Karena Misa Kamis Putih mengenang malam perjamuan terakhir dimana umat Katholik diajak untuk selalu mengingat dan merayakan peristiwa Ekaristi. Di malam Kamis Putihlah murid Yesus berkhianat dan menyerahkan Yesus ke orang-orang yang ingin menangkap Yesus. Tak hanya itu, disaat itulah Petrus murid yg dikasihi juga menyangkal diri dan mengaku tidak mengenal Yesus.

Betapa pedihnya hati Yesus, orang yang dikasihi dan ditolongnya mengaku tidak mengenal Dia dan itu diulang Petrus hingga 3 kali.

Pada malam Kamis Putih, merupakan malam sakaratul maut, malam ketika Yesus menyendiri di Taman Getsemani. Malam itu merupakan malam terakhir menjelang kematianNya. Yesus merasa sedih, pilu. Bukan karena Dia akan di salib dan menderita tapi Dia takut saat mati dan terpisah dari Bapa.  Saat di kayu salib Bapa tak bersamaNya, keterpisahan dengan Bapa merupakan hukuman neraka. Dimana tidak ada kemurahan lagi dari Bapa.

Saat di kayu salib Yesus menanggung dosa manusia. Dosa yang tidak Dia lakukan. Kalian bisa membayangkan perasaan kita menanggung dosa orang lain?

Yesus bisa saja menghindari hal itu, tapi demi menghindari murka Allah pada manusia, Dia memilih hal itu, menanggung semua dosa manusia.

Mengenang Kamis Putih, saya bisa merasakan cinta sesungguhnya. Cinta Yesus pada umatNya. Lalu kenapa saya masih sering melupakan Dia?

Selain itu di Malam Kamis Putih Yesus memberikan teladan untuk  mau merendahkan diri dan melayani sesama. Yesus dengan rela membasuh kaki murid-muridNya. Kaki adalah organ tubuh paling kotor. Di Yunani kebiasaan membasuh kaki dilakukan oleh budak pada atasannya, tapi Yesus yang notabene adalah guru, atasan murid-muridNya dia malah membasuh kaki mereka.

Momen yang paling sakral bagi saya ketika mengikuti misa kamis putih adalah ketika Perarakan Pemindahan Sakramen Mahakudus. Pastur mengarak Sakramen Mahakudus diiringi lagu dan suara "kelotokan" selalu membuat saya tergugu. Apalagi ketika Sakramen Mahakudus berada sangat dekat, tubuh saya bisa berguncang dan saya merasa seperti terlempar ke bawah. Kekuatan saya seperti habis mengingat akan semua pengorbanan Yesus. Saat mendengar suara kelotokan itu, saya merasa dipeluk Yesus, dirangkul dan diampuni semua dosa. Saya menangis. Selalu menangis.

Malam Kamis Putih bukan sekedar malam sakratul maut bagi Yesus, tapi momen Yesus merendahkan diri demi manusia dan saat itulah Yesus benar-benar hadir.

Komentar