Sunyi diantara Kerlip Lampu



Ku putar lagu untuk memecah kesunyian.

Alunan instrumen piano dan flute membuat angan ku melayang. Harmoni antara denting piano dan flute membawa anganku terbang.

Memejamkan mata adalah cara terbaik menikmati The Best Relaxing Piano n Flute.

Ketika mata terpejam, bukan hitam yang aku lihat tapi pantai laut selatan yang hanya samar samar. Pasirnya yang hitam terasa dingin di kaki.

Entah, aku lebih suka menikmati laut disaat malam. Ketika tak ada orang lain disana. Hanya ada debur ombak, angin yang dingin dan aku.

Disaat seperti itulah, semua perasaan, isi hati terserabut. Seolah olah tertarik ombak dan terbawa arus pantai selatan hilang ditelan Samudera Hindia.

Sekejab rasa itu hilang, hanya ada damai di hati. Tapi sayang hanya sekejab.

Angin dingin yang menampar pipi kembali memunculkan rasa itu, yang masih ada walaupun hanya seujung kuku.

Hanya sebuah duri yang menancap di daging tapi saat luka yang tertancap kembali tersentuh, rasa nyeri itu menyeruak di dada.

Kubuka mata, kerlip lampu kota membawa angan ke tempat lain. Ada sesuatu disana yang membuat tersenyum sekaligus meringis menahan duri. Duri lain. Di tempat yang berbeda.

Ribuan kerlip lampu terlihat dari sini, lantai 17. Aku tak ingin memejamkan mata, tapi ingin menikmati kerlip lampu sembari sesekali terdengar dengkuran kecil. Dengkuran yang menyadarkanku akan dunia nyata.

Kerlip lampu itu seolah bercerita, ada pijar kecil diantara gelap dini hari. Masih ada harapan walaupun itu hanya setitik.

Ada realita diantara kepingan masa lalu. Ada harapan nyata dimasa depan, dimana aku harus melaju.

Biarlah duri itu masih menancap, biarlah sesekali rasa itu menyeruak. Tak perlulah dicabut, karena hanya akan meninggalkan lubang dan carut luka.

Tapi, ijinkan aku sekali lagi memejamkan mata, alunan ini belum selesai. Biarkan angin laut memelukku dan mencumbuku. Karena aku tahu rasa itu ada dan aku tahu sang laut merinduku.

Selamat pagi dunia, 

selamat pagi cinta. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Solo, 28 Maret 2016

4:24


Komentar

  1. cabutlah duri itu mbak, biar gak sakit dan bisa senyum bebas

    BalasHapus
  2. Blogwalking sambil dengerin lagunya Keenan Nasution trus baca puisi ini. Rasanya kayak makan pizza sambil merem-merem. Menikmati bangeet

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)