Sate Kambing Muda Pak Bagong, Kuliner Kambing yang Wajib Kamu Coba



Kuliner favorit para bapak tak lain tak bukan adalah sate kambing. Betul kan gaes?

Tak hanya para bapak sih sebenernya, saya juga sukak ama kuliner bebakaran itu. Tapi menemukan yang sesuai ama selera kita, itu yang susah.

Malam itu saya bersama duo anak lanang dan suami ke Klaten untuk membesuk keponakan cantik yang lagi sakit di RSI. Sedih sih, keponakan yang aktifnya luar biasa itu badannya panas dan harus diinfus di rumah sakit. Untungnya setelah dijenguk sama Mas Nathan dan dek Saka, anak saya dia mau tersenyum lagi dan mau bermain gadget bersama.

Tepat pukul 8 malam kami pulang karena jarak dari Klaten ke rumah lumayan jauh dan takut kemaleman. Mas Bojo yang dari sore sudah cekrah cekreh karena flu saya sarankan untuk makan rica-rica pedes atau daging kambing biar flunya hilang. ((ngaruh apa ya?)).

Diperjalanan pulang mas Bojo nanya dimana rica-rica enak atau tongseng kambing yang manyus. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala karena memang nggak tahu kulineran Klaten, tepatnya sih udah lupa. Kan sekarang saya sudah warga Jogja #eh. "Ya jalan aja yuk paling di pinggir jalan pemuda banyak nanti"


Beberapa warung lesehan dengan tulisan rica-rica di spanduk depan warung telah terlewati, saya menyarankan untuk ke depan pemda saja, kayaknya sih ada penjual sate kambing. Sampailah kami di pertigaan lampu merah depan pemda Klaten. Itu lho yang ada patung kalpataru ditengah jalan, batas jalan searah menuju Jogja.


Mas Bojo menepikan mobil dan saya berdoa semoga tongsengnya ada, karena suami memang lebih suka tongseng daripada sate.  Senangnya saya karena warung Sate kambing mudaPak Bagong menunya lengkap gaes. Dari sate, guleng, tongseng hingga tongseng goreng ada. Tanpa menunggu lama kami langsung memesan 1 porsi sate dan 1 porsi tongseng. Cukup dua porsi karena duo anak lanang belum doyan sama daging kambing. Alot kata mereka.




Selain kami ada beberapa pengunjung lain, serombongan duduk di tikar lesehan sambil melihat suasana jalan, sedang saya duduk di tenda saja, takut anak anak masuk angin.  Tak menunggu lama pesanan kami datang. Tongseng kebul kebul tersaji diatas meja dengan sepiring nasi panas. Tongseng dengan kuah kuning agak kecoklatan nampak lezat. Mungki ini bedanya dengan tongseng daerah Bantul yang kuahnya lebih coklat karena kecap. Tongseng di daerah Klaten juga jarang yang diirisi cabe. Jika ingin pedas kita bisa menambahkan irisan cabe dan merica. 



Puas nyicip tongseng mas Bojo yang enak saya langsung mengesksekusi sate kambing dengan irisan bawang merah yang banyak. Sate kambing di Klaten pasti di temani kubis dan irisan bawang merah yang banyak. Kalau di Bantul, dari beberapa sate kambing yang saya datangi pasti bawang merahnya cuma sedikit.

Sesuai namanya, Sate kambing pak Bagong memang dagingnya masih muda. Empuk dan sangat seikit lemaknya, tapi memang ada satu tusuk hati kambing. Entahlah, karena kami sedang laper atau memang sate kambing itu kok enak banget. Empuk, kuah kecapnya pas, tidak berlemak dan tidak sepo. Sering saya makan sate kambing empuk sih tapi bumbunya nggak meresap sampai dalam. Untuk sate ini memang endes gaes. Kelebihan lainnya, nasinya putih dan tidak keras. Jujur sih saya nggak suka nasi "pero" atau terlalu kering dan keras. Susah di telen. 


Karena saya memang dari Klaten, munkin lebih cocok sama sate kambing Klaten juga gaes. DI Bantul banyak sate empuk juga tapi kuahnya terlalu kental malah mirip tongseng.Warung sate kambing pak Bagong buka hanya pas malam hari gaes.  Bagi kamu yang lagi lewat daerah Klaten dan kelaperan menu sate kambing disini bisa jadi pilihan. Atau yang lagi nyidam sate kambing malem-malem langsung ke sini aja, jarang kan ada warung sate buka malam hari.



Dua menu sate kambing  dan tongseng beserta dua teh manis yang  ginastel (legi panas kentel) ini cuma 50 ribu rupiah. Setimbang lah sama perut kenyang dan sembuhnya flu mas bojo abis makan yang pedes. Di Bantul sate kambing dan minum paling 40 ribu gaes, bahkan ada yang kurang. Memang soal harga di Bantul lebih murah.



Disinilah lokasi Sate Kambing Pak Bagong, jika kamu dari selatan maka setelah RSU Soewardi masih lurus dan saat jalan bercabang ke kiri, satenya tepat berada di kanan jalan. Di timur patung Kalpataru. 

Sobat Prima, daging kambing memang tidak boleh dikonsumsi terlalu banyak apalagi bagi anda yang sudah berusia di atas 40 tahun. Tapi sesekali menikmati sate atau tongseng kambing tidak masalah. Bersama keluarga, rekan atau handai tolan sambil menikmati suasanan kota KLaten  yang tentram akan membuat kamu selalu teringat akan kota saya.

^;^ 

Komentar

  1. Keliatan enak sate kambingnya.
    Kalo aku lebih suka sate ayam daripada sate kambing :)

    BalasHapus
  2. Aku nggak suka sate kambing mbak ._. wkwkw suwer deh, ga tau kenapa wkwk bahkan aku pernah makan sate klathak yang hits itu, kok tetep aja ga suka ya wkwkw

    Tapi penasaran sama Sate Petir di ringroad deket jalan bantul aku Mbak~ hihihi

    BalasHapus
  3. dgaing kambing kesukaan pak suami, paling aku cuma bisa nemenin aja kalo dia kuliner daging kambing

    BalasHapus
  4. Saya suka kuliner kambing. Penggemar daging kambing soalnya :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)