Tentang Kehilangan



Beberapa minggu belakangan ini saya kehilangan senyum manis dari seorang kakek tetangga saya. Setiap sore sepulang dari kantor saya melewati rumah Pak K dan beliau pasti sedang di teras dan selalu membalas sapaan saya dengan senyum hangat.

Sayang, beliau sekarang sudah di surga. Tokoh masyarakat, tetua kampung dan aktivis gereja itu telah berpulang.  Saya jarang ngobrol dengan beliau karena saya jarang keluar rumah dan sampai di rumah sudah petang. Tapi, senyum manis beliau cukup memberikah kehangatan dan kebaikan seorang kakek sekaligus tetangga.

Kehilangan


Ya, walaupun hanya sebuah senyuman yang beliau sunggingkan tapi membekas di hati dan sekarang saya kehilangan momen itu. Tak ada lagi sapaan hangat si kakek di pengkolan gang. Tak ada lagi kehadiran beliau dan nasihat-nasihat saat sembayangan di lingkungan.

Kehilangan lagi,


Dua hari yang lalu kabar sedih datang melalui pesan grup whatsapp di grup sekolah Nathan. Kaget dan refleks saya menangis.  Teman sekolah Nathan di TK meninggal karena sakit dan memang akhir-akhir ini obrolan di grup membahas kabar Aldeno, yang terkena panas dan akhirnya dirawat intensif di ICU.

Bersama suami saya melayat Deno di rumahnya, tampak beberapa teman Nathan ikut melayat dan lari-larian. Mereka belum tahu artinya “meninggal” begitupun Nathan saat saya menjelaskan Deno sudah tidur selamanya.

Tampak Deno tertidur lelap dalam peti, memakai kemeja putih panjang, sepatu hitam yang sering dia pakai di sekolah. ((ah, sumpah saya tak kuat nggak menangis)). Seplastik lego dan mainan ada disampingnya. Rosario tampak erat di genggamannya.

Sedih, kami semua merasa kehilangan, Aldeno sosok anak yang lucu, baik dan sopan. Dia juga teman dekat Nathan, sosok pelindung karena awal masuk TK Nathan anaknya pemalu dan Deno yang sering menemaninya.

Beberapa hari berlalu tapi entah saya masih sering merasa sesak dan meneteskan air mata jika teringat Deno. Entah bagaimana perasaan mama dan papanya, buah hati yang disayangi ternyata harus direnggut dari pelukan dan kembali ke haribaanNya.

Deno sebaya dengan Nathan dan saya merasakan kedekatan terhadap anak laki-laki seperti yang mama Deno rasakan.

Membaca  obrolan di grup hanya membuat saya sesak apalagi saat melihat foto Deno. Apalagi kata mamanya pas kritis Deno ngigau “Selamat jalan teman-teman”.

Ah, saya speechless. Dada saya sakit.

Kehilangan memang menyisakan kepedihan, kesedihan yang sepertinya tak tertanggungkan. Kehilangan seorang anak, belahan hidup, buah hati, sekaligus masa depan.  Membayangkan saja saya tidak mampu.

Kehilangan pasti menimbulkan tanya,

“Kenapa Tuhan?”

“Kenapa aku?”

“Kenapa harus kami?”

“Kenapa harus dia?”

Menimbulkan amarah

“Biarkan saja dia hidup terus, kenapa harus Kau ambil?”

Entah, sampai saat ini saya juga masih bertanya-tanya kenapa Tuhan mengambil anak kecil, kenapa tidak orang yang sudah berusia senja saja, kenapa....kenapa...

((saya tahu itu pikiran orang picik tapi pasti kalian pernah berpikiran seperti ini))

Saat kesedihan, kemarahan, kekecewaan, putus asa berbaur jadi satu, semua akan mengendap menjadi kepasrahan. Pasrah, memasrahkan semua ke pemilik hidup.

Perjalanan hidup seseorang memang tak ada yang tahu, apa yang bakal terjadi di hari esok masih misteri. Okelah kalau ketiban rejeki bakal hepi, bisnis bangkrut sedih tapi kehilangan buah hati berasa kehilangan segala-galanya.

Tapi, obat pelipur kesedihan hanyalah kepercayaan pada DIA, yakin penuh ini rencanaNya dan yang terbaik bagi kita. Walaupun saat sekarang, yang terasa hanyalah kehampaan hati, hati yang kosong tapi  selama ada pegangan dan sandaran hidup semoga bisa terlewati.





Teruntuk Aldeno,
Tuhan Yesus telah mengangkat rasa sakitmu nak. Kamu pasti sudah bahagia disana, menjadi malaikat kecil yang pasti akan menemani mama papamu.
Kamu pasti sedang bermain bersama malaikat malaikat dan Tuhan Yesus selalu mendampingmu.
Tingkah polahmu yang lucu dan senyum manismu  menjadi kenangan tak terlupakan dan semoga menjadi penyemangat hidup mama dan papamu.
Terima kasih telah menjadi sahabat Nathan, dan bagi Nathan selamanya kamu masih hidup dan menjadi sahabatnya.

Buat Mama Papa Deno,
Kalian orang tua hebat dan terpilih, pastilah Tuhan memilih kalian karena yakin pasti kuat menghadapi cobaan ini.  Segalanya telah kalian berikan untuk Deno dan Deno pasti sangat berterima kasih dan tak pernah menyesal memiliki kalian.
Saat semua terasa gelap, gelap, pekat dan tak ada  cahaya sekalipun bersandarlah, biar beban beratmu diambil Tuhan.
Pasrah diri akan terasa lebih ringan daripada melawan bahkan menyangkal.
Ada pelangi sehabis hujan dan Tuhan tak akan memberi ular pada yang meminta roti.
Kenyataan memang tak bisa ditentang, hanya bisa dijalani walaupun sangat berat.
Tapi yakin, suatu saat ada buah manis yang kalian kec ap.

Kembalilah tersenyum agar Deno juga selalu tersenyum melihat kalian tersenyum.


Komentar

  1. hiks.. selalu sedih kalau sudah bicara tentang kehilangan. Apalagi soal anak. Duuh.. gak sanggup mikirinnya. Semoga mama, papa Deno ikhlas dan sabar dengan kepergian Deno ya, mba..

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)