Berkunjung ke museum selalu sukses membuat saya mengagumi kehebatan
nenek moyang. Terutama para raja di jaman dulu. Dari arsitektur
bangunan, berbagai benda peninggalan yang tak ternilai hingga filsafat
hidup. Puas staycation di Dinasty hotel Solo saya menyempatkan diri
piknik ke Mangkunegaran Solo. Mengenalkan anak-anak akan istana dan
mengingatkan saya kembali akan sejarah bangsa ini.
Ada
beberapa pintu untuk memasuki kompleks Pura Mangkunegaran. Pintu utama
di sebelah selatan, tapi karena saya terlanjur muter-muter alias
keblasuk, saya dan tim Hore (Mas Bojo dan duo anak lanang) masuk lewat
pintu timur. Parkir di rumah penduduk dan masuk ke kompleks tanpa
membeli tiket.
Sebelum pintu masuk ada sebuah bangunan bergaya kuno, saya iseng memotretnya dan ternyata merupakan bangunan Akademi Seni Mangkunegaran.
Sejarah Pura Mangkunegaran Solo
Mangkunegaran
Solo merupakan kerajaan kecil, suatu dinasti yang berasal dari Dinasti
Mataram. Raja pertama yang bertahta adalah Pangeran Sambernyawa dengan
sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
Politik Adu Domba VOC
Pura
Mangkunegaran dibangun setelah adanya Perjanjian Salatiga, dan dua
tahun setelah disepakatinya Perjanjian Giyanti. Tahukah kamu, jika
perpecahan kerajaan Mataram menjadi dua karena politik adu domba dari
VOC (Belanda) pada tahun 1755. Perjanjian Giyanti berisi pembagian
pemerintah Jawa menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Kasunanan
Surakarta kembali terpecah setelah Raden Mas Said kembali memberontak
pada VOC dan berhenti memberontak setelah terjadi perdamaian antara VOC,
Surakarta dan Yogyakarta nelalui Perjanjian Salatiga.
Pada
tahun 1757 Raden Mas Said kemudian bergelar Mangkunegara I dan
membangun wilayah kekuasaan di sebelah barat tepi Sungai Pepe, berada di
wilayah Kecamatan Banjarsari, Surakarta.
Pura Mangkunegaran Solo
Sebelum pintu masuk ada sebuah bangunan bergaya kuno, saya iseng memotretnya dan ternyata merupakan bangunan Akademi Seni Mangkunegaran.
Karena
sudut yang saya lewati memang jarang dilewati pengunjung, ada beberapa
bagian yang tidak tersentuh manusia. Terlihat dari tempatnya yang kotor
dan penuh dengan furniture yang sudah tidak terpakai. Sayang sebenarnya,
jika bangunan bersejarah tidak di rawat dengan semestinya.
Gedung
utama berada di tengah-tengah komplek. Kolam ikan dengan patung
burung tepat berada di depan Joglo. Duo anak lanang gembira sekali
melihat tanah lapang yang luas dan bebas berlarian ke sana ke mari.
Sedang saya, berlari-lari menuju Joglo karena siang itu begitu terik.
Jangan
lupa untuk membeli tiket masuk, karena kalau tidak bakal di samperin
ama petugas. Ada beberapa anak SMA yang sedang PKL dan beberapa petugas
yang merupakan guide resmi dari Mangkunegaran. Turis asing di temani
guide sedang turis lokal di temani anak-anak PKL.
Harga
tiket masuk Pura Mangkunegaran hanya Rp. 10.000. Kita bisa memberikan
tips kepada guide seiklasnya. Oh ..ya, walapunsaya hanya ditemani
adik-adik PKL, mereka bisa menjelaskan sejarah Mangkunegaran dan detil
dari barang-barang di dalam istana.
Dua
patung singa dari tembaga tampak menjaga di depan pendopo. Duo anak
lanang tak lupa pose disana. Setelah itu kami mulai masuk ke area
Pendopo. Yang merupakan bagian terdepan dari istana adalah
Pendopo Ageng yang berukuran 3500 meter, pendoponya luas banget.
Tiang-tiang kayu yang menyangga atap joglo diambil dari pohon yang
tumbuh di Hutan Mangkunegaran di perbukitan Wonogiri. Saya baru tahu
kalau ada hutan bernama Mangkunegaran di Wonogiri.
Diatap
pendopo ada beberapa corak batik dengan warna berbeda. Warna corak
batik itu Komodwati. Setiap warna ada maknanya lho, sayang saya tidak
mencatat jadi lupa. Gamelan berusia lebih dari 300 tahun ada disini.
Kyai Seton dimainkan setiap hari Sabtu. Gamelan Kyai Lipur Sari
dimainkan setiap hari Rabu dan satunya Gamelan dengan nama Kenyut Mesem
yang berusia 300 tahun.
Jangan
lupa melepas alas kaki sebelum memasuki pendopo. Guide sudah
menyediakan tas plastik sebagai tempat sandal/sepatu kita. Ruangan
selanjutnya terdapat sebuah beranda terbuka, yang bernama Pringgitan, yang mempunyai tangga menuju Dalem Ageng.
Di
ruang Pringgitan ada beberapa lukisan Mangkunegara I hingga IX. Saat
ini Mangkunegaran di pimpin oleh Mangkunegaran IX, istri nya Priska
Marina terlihat cantik saat muda, bahkan diusianya hampir 60 an beliau
tetap terlihat cantik dan berkharisma.
OK,
lanjut ke ke ruang selanjutnya, sebuah ruang tertutup. Banyak barang
berharga peninggalan Mangkunegaran I,
perhiasan, senjata-senjata, pakaian-pakaian, medali-medali, perlengkapan
wayang, uang logam, gambar adipati-adipati Mangkunegaran serta berbagai
benda-benda seni. Di ruangan ini kita tidak boleh memotret dan harus
tenang. Ada tempat untuk bersemedi dan tidak boleh dilewati pengunjung.
Salah satu barang yang membuat saya terheran-heran, ada sebuah perunggu
dengan lubang di ujungnya. Sekelilingnya mencuaat, susah sih
nggambararinnya. Saya tanya sama guide itu barang apa, dan dijelaskan
itu "alat pengaman" adipati jaman dulu. Saya kaget, gimana makenya dan
pasti akan sangat sakit bagi si perempuan. Guide kembali menjelaskan
jika alat itu hanya bisa dipakai dengan ritual tertentu.
Keluar
dari ruangan masih ada beberapa barang unik, seperti gading dari
Thailand ini. Hadiah dari raja yang dipahat selama bertahun-tahun di
Bali. Relief di gading itu menceritakan tentang Mahabarata. Yuk beralih
ke ruang paling belakang. Taman dan kandang burung terlihat sangat
indah, seandainya punya rumah kayak gini ya. Saat sore istirahat di
belakang melihat taman bunga sambil minum teh hangat #ngimpi.
Menghadap ke taman terbuka, terdapat sebuah bangunan bernama Beranda Dalem (atau sering disebut Pracimosono)
yang bersudut delapan, dimana di dalam bangunan terdapat tempat lilin
dan perabotan Eropa yang indah. Kaca-kaca berbingkai emas terpasang
berjejer di dinding. Dari beranda menuju ke dalam tampak ruang makan
dengan jendela kaca berwarna yang menggambarkan pemandangan alam di
Jawa, ruang ganti dan rias para putri pangeran adipati, serta kamar
mandi yang indah.
Foto-foto
keluarga dipajang di sini. Foto Mangkunegaran IX bersama istri dan
anak-anaknya. Salah satu putranya adalah Paundra, di tahun 2000an
merupakan pemain sinetron. Putra mahkota ini merupakan anak dari istri
pertama yaitu Sukmawati Sukarno Putri.
AH,
sebenarnya saya masih ingin berlama-lama di sana. Tapi duo anak lanang
sudah mulai rewel dan kecapekan dan kelaparan. Sobat piknik, sesekali
piknik ke museum atau keraton yuk. Jika bukan kita, siapa lagi.
Komentar
Posting Komentar
Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)