Homestay di Parang Ijo Ngargoyoso Karanganyar
- Tanpa rencana dan persiapan kami berempat melaju ke Karanganyar, dan
pengen ngeteh cantik di Ndoro Donker. Jam 11 baru berangkat dan bisa
ditebak, sampai di daerah Kemuning Ngargoyoso, Karanganyar jalanan
mulai macet, apalagi mendekati area Kebun Teh, dimana ada beberapa
resto berkonsep outdoor yang cakep buat nongkrong sambil lihat kebun teh. Semua tempat parkir penuh, apalagi di Ndoro Donker sudah penuh sesak dan kami memutuskan balik kanan saja untuk cari penginapan saja mengingat hari mulai sore.
Pembunuh kebosanan saat di jalan adalah selfi :) |
Di daerah Kemuning tidak banyak villa, hanya beberapa penginapan dan semuanya penuh. Kami mencoba peruntungan ke daerah Parang Ijo, juga masih di sekitaran Ngargoyoso, Karanganyar.
Parang
Ijo letaknya lebih tinggi dari Ndoro Donker, kami melewati beberapa
hutan kecil. Jalan yang kami lalui hanya cukup dilalui satu mobil saja.
Jalan yang sempit dan menanjak membuat saya deg-deggan dan takut jika
mobil tidak sampai ke atas. Karena kami baru sekali itu ke sana dan
belum tahu medan. Beberapa kilometer kami lalui dan sampailah pada suatu
kampung diatas bukit. Beberapa petunjuk bertuliskan Air Terjun Parang
Ijo kami ikuti dan saya meminta mas bojo mengendarai mobil lebih pelan
sambil melihat kanan kiri, mencari penginapan.
Di
Parang Ijo ada beberapa penginapan atau home stay yang disewakan oleh
penduduk sekitar. Tidak ada hotel mewah disini, hanya ada satu villa
besar di atas bukit dan sepertinya terlalu besar untuk kami berempat.
Beberapa
penginapan kami lewati, dan kami memutuskan berhenti di Penginapan
Kartika. Di musim liburan, tak hanya hotel yang penuh. Bahkan homestay
atau penginapan di kampung pun juga penuh. Saya berbicara dengan pemilik
dan menanyakan harga sewa. Penginapan di daerah Parang Ijo kebanyakan
disewakan secara short time. Si Ibu mulai menghitung dan jika disewa
semalam dan kami check out pagi jam 7, harga sewa sebesar Rp. 170.000,
jika di hari biasa cuma Rp. 150.000, berhubung hari itu libur Imlek,
pemilik menaikkan harga lebih mahal dari harga biasa.
Saya
langsung menyetujui, tapi kami harus menunggu. Kamar sedang dibersihkan
dan kami duduk-duduk di rumah joglo. Selang 10 menit, kamar sudah siap
dan saya mengajak duo anak lanang ke kamar. Tapi dek Saka malah nangis
dan nggak mau masuk ke kamar. Di kiranya itu tempat cukur rambut dan dia
nggak mau di potong rambutnya. Buahahaha.
Tempat parkir mobil |
Penginapan Kartika |
Setelah
dibujuk akhirnya dia mau masuk dan kami bisa beristirahat. Penginapan
Kartika menyediakan 6 kamar dengan kamar mandi dalam. Fasilitasnya
standar penginapan, ada tivi kecil, meja dan kursi plastik, satu tempat
tidur dan selimut.
Mas Nathan tetep hepi walo di luar hujan |
Begitu
kami memasuki kamar, hujan deras langsung turun ditambah perut
keroncongan karena dari siang belum makan. Saya keluar kamar dan ke
belakang rumah menemui pemilik penginapan. Usianya mungkin sudah 50an,
wanita desa yang ramah dan baik. Saya memesan nasi goreng dan soto ayam
untuk anak-anak. Dan, yang bikin saya kaget. Harganya murah banget lho,
satu nasi goreng dengan porsi gede dan ayamnya banyak, serta nasi soto
sapi dengan daging yang banyak cuma 13 ribu. Jelas kaget saya, karena di
Jogja, nasgor biasa aja harganya sudah 12 ribu. Rasanya juga enak,
karena masakan rumahan tanpa macem-macem.
Rencana,
sore-sore pengen jalan-jalan ke Air terjun Parang Ijo, tapi mau gimana
lagi hujan tak juga reda bahkan semalaman hujan masih aja belum
berhenti. Saya tidak heran dan tidak marah pada alam, karena memang di
bulan Februari masih musim hujan apalagi hari itu Imlek yang konon,
masyarakat Tionghoa suka jika di hari Imlek hujan deras yang berarti
rejeki mereka juga akan deras seperti hujan itu.
Malemnya,
kami laper lagi. Nggak bisa keluar dari penginapan karena masih hujan
dan pesan makanan lagi ke pemilik penginapan. Dua mi goreng telur
dilengkapi sayur cuma 7 ribu pemirsah. Muraaah lagi khan. Setelah perut
kenyang kami kembali nonton tivi. Yes, hiburan kami cuma nonton tivi.
Karena disana tidak ada sinyal internet woii. Smartphone nganggur dan
anak-anak liat video lagu-lagu dari tablet.
Karena
kasur cuma satu, saya meminta extra bed ke pemilik penginapan dan
ternyata tidak ada. Sedangkan kami berempat tidak muat kalau cuma pakai
satu kasur. Si Ibu berbaik hati meminjamkan kasur dan sprei. Saya
menganggap itu extra bed dan harus dibayar, eh ternyata gratis.
Subuh
tiba dan duo anak lanang bangun dari tidurnya. Karena bingung mau
ngapain, saya ajak mereka keluar dan jalan jalan di sekitar penginapan.
Kali aja ada penjual bubur, karena biasanya di daerah Jawa Tengah,
banyak penjual bubur dari beras dan nasi gudangan. Setelah berkeliling,
kami hanya menemukan penjual sayur dan jajanan. Setelah membeli beberapa
kue, saya berjalan lagi ke ujung kampung. Dan ternyata pemandangannya
baguuus. Rumah-rumah dibawah terlihat sangat kecil, dan cahaya matahari
baru terlihat sebagian.
Belum mandi tetep selfi |
Puas
melihat-lihat saya segera balik ke penginapan. Di sana dingin dan takut
duo anak lanang yang nggak bisa diem nyemplung karena jurangnya dalem
banget. Saat kembali ke penginapan kami mulai berkeringat, jalan
menanjak membuat kami sedikit berolah raga. Dan bersiap untuk mandi.
Duo
anak lanang terbiasa mandi dengan air hangat, sedang di penginapan
tidak ada fasilitas untuk air panas. Saya meminta tolong ke pemilik
penginapan dan memesan satu termos air panas. Tak berapa lama, putri
pemilik penginapan datang membawa satu ember penuh air panas. Padahal
saya cuma memesan satu thermos lho. Dan gratis lagi. Saya jadi enggak
enak ama pemiliknya, sudah banyak pesanan eh malah dikasih gratisan.
Mas Bojo menggandeng Nathan, di depan nampak kabut mulai turun di atas bukit |
Jalan kampung menuju air Terjun Parang Ijo |
Penginapan lain di Parang ijo Ngargoyoso |
Sebelum chek out, kami menyempatkan diri ke Air Terjun Parang Ijo, rugi kan dah nyampe sini tapi malah nggak melihat indahnya air terjun Parang Ijo. Jarak dari penginapan cuma 200meteran, dengan berjalan kaki dan membawa payung. Hujan mulai turun lagi dan bener-bener mengacaukan acara piknik kami.
Kami
cuma melihat air terjun dari atas dan berteduh di depan toko. Terlihat
kolam renang yang sedang dibersihkan, tempat bermain anak dan jembatan.
Sungai jernih terlihat dari atas, sayang saya tidak bisa turun karena
membawa anak-anak. Dan cukup selfi dari atas.
Kami
tak berlama-lama di air terjun Parang Ijo, karena hujan semakin deras
dan kami harus segera check out. Jam 7 tepat kami keluar dari penginapan
Kartika dan mengucapkan banyak terima kasih pada Ibu pemilik penginapan
yang sangat baik, meminjamkan kasur, dan menyediakan air panas bagi
kami secara cuma-cuma. Dan sepertinya suatu saat kami harus ke sini
lagi, selain bersilaturahmi dengan pemilik penginapan, kami juga ingin
melihat Air Terjun Parang Ijo secara dekat dan bermain air di sungainya
yang jernih.
hmmm...gambar2nya kurang terkesan air tenjun min,,maafff
BalasHapusthanks for the information
BalasHapusasyik nich lumayan dengan banyak liburan bisa ngurangin setres he
BalasHapus