Keluarga Bani Tjasmadi Berduka



Seperti biasa, rutinitas harian saya setelah beberes rumah, menyiapkan sarapan dan memandikan kedua anak lanang, baru saya menyiapkan diri sendiri lalu lanjut berangkat ke kantor. Tapi, kemarin pagi saya urung memenuhi kewajiban saya di kantor. Sebelum berangkat suami memberitahu kalau Ibu saya jam 3 dini hari telpon dia tapi dia sudah tidur. Begitupun dengan saya. Kebetulan nomor saya sedang rusak, tidak aktif selama lebih dari seminggu dan hanya bisa berhubungan dengan orang lain memalui WA atau BBM. Sedang Ibu saya tidak mengenal itu semua, terkadang saya yang menelpon atau Ibu menghubungi melalui handphone suami.

Tidak biasanya Ibu menelpon di dini hari, pasti ada yang penting dan saya langsung menghubungi Ibu saya. Pasti kabar buruk yang saya dapatkan saat ada berita di dini hari. Mbak sepupu saya  yang tinggal di Purwodadi meninggal dan dimakamkan hari itu juga. Saya terduduk lemas, kaget dan sedih. Tak menyangka dia pergi secepat itu. Seragam khaki yang saya kenakan langsung saya lepas dan kembali memakai baju tidur saya. Dengan terisak-isak saya bercerita sama suami dan meminta dia segera bersiap karena pemakamannya jam 10 pagi. Padahal perjalanan Jogja ke Purwodadi ditempuh lebih dari 3 jam.

Mbak Ana, putri sulung pakde saya. Perempuan bertubuh kecil tapi semangat besar. Sebagai penyokong ekonomi keluarga besarnya, pakde saya tidak berpenghasilan tetap tapi putranya sangat banyak. Hampir sebelas kayaknya. Tak hanya itu, mbak Ana dengan tulus merawat kedua adiknya yang berkebutuhan khusus. Keduanya sudah berpuluh tahun ikut Mbak Ana dan semenjak sakit beberapa bulan yang lalu kedua adiknya kembali ke rumah Pakde saya.

Saya tak menyangka dia pergi secepat ini, bahkan saya belum sempat menengok dia saat dirawat di Semarang beberapa waktu yang lalu. Ada penyesalan di hati saya. Terakhir bertemu saat dia mau naik haji dan datang ke pernikahan saya.


Satu lagi yang membuat saya sedih ada satu nama yang tidak ada lagi saat pertemuan keluarga yang rutin diadakan keluarga besar saya. Ah, belum selesai saya menulis tentang kehilangan putri pakde saya, baru saja berita sedih datang. Adik Ibu saya meninggal, entah bagaimana perasaan Ibu saya. Semoga semua kuat tabah dan Paklik diterima disisiNya.

Komentar

  1. Innalillahi wa inaillaihi roji'un, ikut berduka cita ya mbak Prima. Semoga mereka yang telah tiada ditempatkan disisi Allah dengan mulia dan keluarga yang ditinggalkan selalu tabah. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Semoga amal ibadah mereka diterima dan diampuni dosanya. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)