Cinta Sesaat

"Oh My God, kenapa lagi gue. Perasaan baru kemaren kenal ama tuh anak, kok jadi kebayang terus ya! Kumat lagi penyakit gue". Gendhis tampak gelisah dan berbicara sendiri , sembari sesekali tangannya menyentuh smartphone kesayangannya.

"Telpon Ratri aja ah" Gendhis -lagi bicara pada dirinya sendiri.

"Hallo Rat, lo dah tidur? Gue mo curhat nih"

"Ehmm, ngantuk nih, besok aja gimana, hoaammm" Sambil terkantuk-kantuk Ratri menjawab telephondari sahabatnya.

"Enggak bisa, gue kagak bisa tidur neh, plisss" Gendhis mencoba mencari alasan agar sahabatnya mau mendengar curahan hatinya malam itu.

"Ok dech, lo mo curhat apa, malem-malem gini ganggu orang tidur aja" Setengah bergumam, Ratri terpaksa mendengarkan ocehan sahabat tersayangnya.

"Penyakit gue kayaknya kambuh Rat, kayaknya gue falling love again, padahal baru kenal kemaren, brondong lagi, gue harus gimana nih"

"Ya elah say, baru tiga bulan yang lalu bikin patah hati orang, sekarang mo diulang lagi. Ga kasian lo" Dengan nada agak tinggi Ratri memprotes kelakuan Gendhis.

Terkadang, Ratri tidak habis pikir dengan pola pikir sahabatnya itu, atau mungkin otak Gendhis udah error. Gendhis terlampau sering, tiba-tiba jatuh cinta, entah dengan temannya, atau kenalan baru. Padahal, Gendhis sudah punya Pandu, lelaki simpatik yang nggak neko-neko dan amat pengertian. Memang sih, Gendhis tidak sampai macam-macam dengan lelaki lain, tapi entah kenapa sahabatnya itu mudah tiba-tiba suka dengan lelaki, mengenal orang itu lebih dekat dan akhirnya orang itu terpikat sama Gendhis, dan saat itulah rasa suka Gendhis mendadak menguap , hilang, padahal orang itu mulai mencintai Gendhis. Bikin patah hati orang khan. Sebenarnya Gendhis tidak terlalu cantik, tapi memang kalau semakin mengenal Gendhis, bisa terpikat dengan sifatnya yang periang dan agak manja.

"Terus gue harus gimana Rat, anak itu punya daya tarik tersendiri,gayanya kalem, suka photography dan bikin gue seharian ini kepo ama status2nya di Path" cerocos Gendhis membuyarkan lamunan Ratri.

"Sabar, sekarang mending Ipad lo dioff ajah, dah deh ga usah stalking tentang anak itu, inget Pandu, kasihan dia.  Masak iya ceweknya naksir anak kuliahan, yang bener aja ndro"

"Sebenernya dia udah lulus kuliah koq, dan lagi konsen ama studio photonya, tadi dia malah ngajakin hunting foto bareng di Kota Tua, dan gue belum jawab" Gendhis mencoba membela dirinya.

"Nah, itu yang bikin lo ntar tambah deket ama anak itu, keluar aja dech dari komunitas foto itu" saran Ratri

"Yah, gue terlanjur ngeblend ama anak-anak di Light, ntar mereka pada kehilangan gue donk" Gendhis yang dasarnya keras kepala tetep kekeh dengan pendiriannya.

"Kehilangan mereka atau anak itu? Ngaku?" Ratri mencoba memojokkan Gendhis

"Haa   Ehmmmmmm  haa  " Gendhis gelagapan dipojokkan seperti itu.

"Ya udah terserah lo, Ndhis. Gue dah ngantuk nih, besok ada meeting pagi-pagi. Lo mau tetep di Light atau pindah ke club lain, gue ga mau tahu. Yang pasti, kalo besok lo masih curhat tentang anak itu, gue cerita ke Pandu"

"Yaaaa...yaaaaa, OK, gue deh, gue keluar. Gue dellcon BB dia, puas!"
"Hahaha, skak mat kan lo, dah sono tidur, yuk dadah bye Ndhis sayang" Ratri menutup telponnya dan kembali tidur.

Gendhis terpangu di pojokan.

"Cinta sesaat ini membunuhku" gumam Gendhis pada dirinya sendiri.




Komentar