Pernikahan Beda Agama

 

Pernikahan idealnya adalah satu hal yang diidam-idamkan banyak orang, salah satu tujuan hidup, goal. Tapi terkadang banyak hal yang menghambat terjadinya pernikahan, salah satunya adalah perbedaan agama.

Banyak yang sepakat kalau pernikahan beda agama tidak masalah, tapi ada juga yang menentangnya dan menghindarinya. Pernikahan laksana bahtera yang dijalankan oleh dua orang yang berbeda jenis, latar belakang dan aneka perbedaan lain, berjalan bersama menjalani kehidupan yang baru dan amat berbeda dengan kehidupan sebelum menikah. Pernikahan seagama saja ada konflik, gesekan , perdebatan yang terkadang melukai hati.

Apalagi jika bahtera dijalankan dengan dua kemudi, dengan cara yang berbeda. Akan sangat sulit menjalankan pernikahan beda agama.  Walaupun tidak terlihat, tapi dalam hati keduanya terkadang memendam perih.

Pernahkah merasakan jatuh cinta, wuiiiiih berbunga-bunga pastinya, tapi akan sangat terasa pedih saat cinta jatuh pada orang yg tidak tepat, seseorang yang tidak bisa kita nikahi karena beda keyakinan. Banyak orang nekat meneruskan hubungan dan menikah, kalau di negara kita belum bisa mengakomodir pernikahan beda agama, harus diluar negeri meridnya. Tapi ada juga yang memilih  balik kanan bubar jalan, kecuali ada salah satu yang mau mengalah. Ketika keduanya keukeuh dengan keyakinan masing-masing, kalau menurut saya mending tidak diteruskan ke jenjang pernikahan.

Diluar kita merasa bahagia bersama orang yang dicintai, tapi ke depannya kerikil tajam akan sangat terasa saat kita berjalan. Saya tidak bisa membayangkan, saat sang istri sedang bersujud diatas sajadah, dan sang suami duduk termangu di pinggir ranjang, mencoba menyatukan cinta dan cita tapi jiwanya berbeda, akan sangat sulit.

Belum lagi persoalan keluarga, karena pernikahan tak hanya menyatukan dua insan, tapi kedua keluarga besar. Betapa kecewanya saat seorang ayah tidak bisa menikahkan anaknya dan tidak bisa menjadi wali jika anaknya pindah keyakinan. Atau saat merayakan hari raya keagamaan, salah satu tidak bisa berbaur dan hanya menyaksikan, pastilah ada perasaan yang hilang.

Dinegara kita  UU perkawinan masih menggunakan Undang-undang nomor 1 tahun 1974.

"Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu."

Perkawinan akan dianggap sah secara hukum jika dilakukan sesuai ajaran agama masing-masing, dan hampir semua agama di Indonesia mengharuskan pasangan memiliki keyakinan yang sama.
Banyak yang menentang UU ini, tapi saya malah setuju, karena jika pernikahan dilakukan menurut hukum sipil dan hanya dicatatkan dicatatan sipil tanpa melihat perbedaan atau persamaan keyakinan sama saja  mendorong mereka ke jalan yang salah. Kenapa salah? Karena menurut saya menikah dengan pasangan yang seiman akan lebih membahagiakan. Perjalanan hidup lebih ringan dan pastinya cukup satu penunjuk jalan.

"Tapi saya sudah cinta mati dan tidak bisa pisah dengan dia"
ahh itu hanya alasan, entah alasan untuk meneruskan ke pernikahan dua kemudi atau bahkan meninggalkan jalan hidupnya dan beralih mengikuti jalan hidup pasangan.

Persoalan yang dihadapi pasangan beda keyakinan tak hanya masalah perasaan tapi juga anak-anak, keyakinan apa yang akan dianut anak pasti menjadi bahan perdebatan, bahkan mungkin terjadi kebingungan pada sang anak karena cara beribadah orang tua berbeda.

Percayalah, kehidupan akan lebih indah jika seiring sejalan.

"Aku memang mencintaimu, tapi aku tidak akan bisa hidup jika meninggalkanNYA"


Komentar

  1. iya, mba Prima. yang seagama aja kadang ada gesekan masalah, apalagi yang nggak seiring sejalan karena beda agama. satu nahkoda itu harga mutlak ya.

    BalasHapus
  2. setuju dengan mba Prima dan Mba Ila...

    BalasHapus
  3. Hihi... cinta pertama saya (dan mmg baru sekali jatuh cinta) ke orang yg keyakinannya beda sama saya. Waktu itu saya masih o'on sih yaa... belum kenal agama saya sendiri dg cukup baik... tp alhamdulillah saya sejak awal tak sedikitpun terbetik ingin nikah sama dia.

    BalasHapus
  4. Topik sensitif nih. Aku termasuk yang cukup terbuka, dalam artian menghargai. Kebetulan aku termasuk yang menjalani pernikahan beda agama. Papi nya Ubii Muslim dan aku non Muslim. Ada gesekan? Ada, tapi TIDAK pernah karena perbedaan agama, tapi lebih ke karena satu lagi emosi dan satunya ikut kesulut *alay* Sampai saat ini, puji syukur masih baik-baik saja. Karena tujuan kami sama, dalam arti ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi, Mak, FYI, pada banyak kasus, alasan kedua orang berbeda agama akhirnya memutuskan tetap nikah kadang rumit dan kompleks. Bukan hanya sekedar aku gak bisa hidup tanpa dia dan hal-hal yang berbau roman picisan kayak gitu. We never know ;)

    BalasHapus
  5. pernikahan beda agama harus dihindari.....setuju mbak...

    BalasHapus
  6. Berani banget Mak nulis topik sensitif begini... :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. malah ga nyadar kalo sensitif mbak, curhat pengalaman pribadi sih.

      Hapus
  7. Banyak banget disekitar gw yg kawin beda agama, dan hasilnya lumayan SUKSES pada pisah lagi aka cerai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lha itu, ama yang sama aja banyak konflik, apalagi beda. Ya walaupun bukan konflik terbuka tapi dalam hati sedih mas.

      Hapus
  8. Bos bosku banyak yang menikah beda agama mbak, mereka menikahnya sih secara muslim tapi setelah menikah kembali ke agamanya masing masing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, cara seperti itu kan ga bener, seandainya Indonesia mengakomodir pernikahan beda agama, mungkin tidak perlu membohongi diri dengan pindah keyakinan dulu ya, ironis.

      Hapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)