Kepik-Kepik Cantik


Di Minggu pagi yang cerah, serombongan anak-anak terlihat berlarian menuju persawahan di ujung desa. Wajah sumringah terpancar dari wajah mereka, saling berkejaran dan bercanda. Banyak kesamaan diantara mereka, mereka bersaudara.

Keempat anak itu  terlihat keluar dari sebuah rumah diujung kampung, Rumah Simbok.
Simbok, seorang nenek tua yang sangat bahagia saat akhir minggu menjelang. Semua anak-anak dan cucu datang menengok Beliau. Ya, apalah kebahagiaan seorang yang sudah renta selain kehadiran anak cucunya.

Anak-anak itu berjalan menyusuri pematang, menyebrangi kali kecil. Sesekali berhenti, menunduk dan mengambil sesuatu diantara dedaunan.
"Hore, aku entuk kepik" Seru gadis kecil berambut panjang.
Ternyata dia mendapatkan seekor kepik, serangga kecil yang sangat cantik. Gadis itu tertawa kegirangan saat merasakan kepik kuning merayap di telapak tangannya.
Buru-buru dia memasukkan kepik itu ke dalam plastik kecil, seakan-akan khawatir kumbang kecil itu akan terbang.
Ketiga anak yang lain buru-buru mendekat, berebut melihat kepik itu, dan dengan bangganya gadis itu menunjukkan kepik hasil temuannya.
"Aku rung entuk e mbak" kata gadis yang berambut pendek.
Dia terlihat kecewa karena belum menemukan kepik seperti sepupunya itu.
"Yo golek meneh yo, ben entuk akeh dek" Si gadis berambut panjang memberi semangat pada sepupunya.
Kembali, mereka berjalan menyusuri persawahan, mencari harta karun. Bagi ke empat anak itu, kepik adalah harta karun, siapa yang mendapakan kepik paling banyak akan mendapatkan jatah makan dan mainan dari Simbok yang paling banyak. Tidak ada aturan khusus dari nenek mereka, itu aturan dalam negeri permainan ke empat bersaudara itu.

Saat ini,
Gadis kecil berambut panjang  merindukan kepik-kepik cantik yang sudah menghilang.
Yang sudah tidak ada lagi saat dia menyempatkan datang ke sawah dekat rumah neneknya.
Satupun tak lagi dia temukan makluk cantik itu,
Dia kehilangan, 
Seperti dia kehilangan gadis kecil berambut pendek,
Merindukan gadis kecil berambut pendek yang sudah pergi selama-lamanya,
Dia kehilangan saudari sepupu,
Dia kehilangan teman bermain,
Dia kehilangan saingan berebut si Simbok,

Lebaran tinggal menunggu hari,
saat berkumpul di rumah Simbok,
ada yang berbeda tanpa kehadiranmu,
gadis sederhana, yang tak banyak bicara
gadis lembut yang sangat di sayangi suaminya,
Ibu cantik yang sangat dibanggakan Jalu,

"Selamat jalan Dek Anik, semoga engkau bahagia di sana, bersama kepik-kepik cantik kita"



Foto: Larasatiisma.blogdetik.com


Komentar