Tentang Bertambah Usia

 



07.08.2022

Usiaku hampir menjejak kepala empat. Tahun ini tepat 39 tahun. Si paling Leo yang merasa perkasa tapi entah kenapa sedih jika berulang tahun.

Tentu, bukan karena pesta yang ngga pernah dirayakan atau kecewa karena tak ada kado yang menarik. Itu juga dink #eh

Sedihnya lebih karena setelah aku merenung, ternyata aku sudah tak muda lagi. Bukan lagi gadis 25 tahun yang bebas keluyuran kemana saja, tapi jiwa mudaku masih menggelora. Jiwa mudaku terkungkung di tubuh ibu-ibu yang hampir berusia cantik (baca 40 tahun ke atas).

Terkadang, rasa sedih itu muncul, jika aku tua nanti maka aku tak lagi merasakan hal-hal yang bisa dinikmati anak muda. Pergi ke tempat yang jauh sendirian, bertualang sendirian atau sekedar menikmati konser musik sendirian. Entah, apakah aku masih pantas berada di barisan paling depan saat nonton konser,  meski saat ini ya realitanya seperti itu. Si paling merasa “masih anak muda”

Hal yang remeh ya, wong masih banyak teman aku yang gentayangan kemana-mana sendirian bahkan yang usianya lebih dewasa dari aku.

Aku masih saja menyesali hal-hal yang mungkin saja tak bisa aku lakukan atau aku nikmati di hari-hari kedepan setelah menyandang predikat ibu-ibu berusia empat puluh tahun. Hingga, baru saja aku menikmati video music dan lirik lagu Nala kepunyaan Tulus.


Lagu ini bercerita tentang Nala, yang sedang gundah menunggu waktu pertemuan dengan seseorang. Sedari pagi dia sudah salah tingkah, bingung mengenakan baju yang mana dan mempersiapkan segalanya demi bertemu dengan seseorang yang sudah membuat janji temu dengannya. Sungguh perasaan yang hampir pernah dirasakan semua orang saat mau ngedate dengan orang yang disuka.  Sayangnya, tepat pukul 7 malam, pria itu membatalkan janji temu mereka. Nala kecewa, Nala sedih.

Nala, seorang gadis sederhana, kelahiran tahun 1992 sedang jatuh cinta, merasa dicintai  seseorang dan hal itu adalah sesuatu yang istimewa bagi Nala. Gadis yang jarang bergaul. Ketika dia dikecewakan karena janji yang tak ditepati padahal dia sudah berharap, Nala sangat kecewa. Hatinya hancur. Dia semakin pendiam.

Aku seperti ditempeleng, masalah sepele seperti cinta, malam mingguan, janjian dengan seeorang bisa menjadi hal yang sangat  penting bagi  gadis berusia tiga puluhan. Bisa merusak mood, murung seharian bahkan patah arang.  Sesuatu yang bagi aku hal sekarang adalah itu masalah sepele (karena aku  sudah melaluinya) tapi tidak bagi remaja atau gadis yang menjelang dewasa terutama Nala yang jika dihitung usianya di tahun ini sudah 30 tahun. Masa rawan sering ditanya “Kapan kawin?”

Sekarang aku bisa menyepelekan masalah percintaan, jodoh dan sebangsanya. Meski jika diingat itu bukan hal kecil atau tidak penting. 

"Ibu Prima, apakah anda sudah lupa masa-masa membuang asa dan harap, lalu bangkit kembali merancang harap baru hingga meraih momentum saat ini? Hingga menjadi ibu-ibu normal yang sudah punya keluarga dan bahagia?  Hahaha. Moment  iru memang tidak berdarah tapi sakit ‘kan?"

Aku seperti diingatkan, bahwa di tiap fase kehidupan, ada momentum yang akan dilewati oleh seseorang tentu dengan paket permasalahan dan perjuangannya. Jika sudah berhasil atau setidaknya melaluinya dengan safety landing harusnya bersyukur dengan hidupnya. Di usia sebelum 30 tahun sudah menjadi nyonya, memiliki keluarga kecil yang bahagia, fase usia hampir kepala empat sudah aku jalani dengan “baik” . Aku seharusnya berpikir bukan tentang Apa yang tidak bisa aku lakukan lagi, tapi bersyukur akan segala hal yang sudah aku lakukan dan jalani.
Hari-hari ke depan tak perlu dirisaukan karena ada masanya sendiri. Tak penting lagi aku memikirkan sesuatu yang nantinya tak bisa aku nikmati lagi, tapi bersyukur atas “prestasi” yang sudah diraih dalam hidup. Bersyukur atas segala yang pernah dinikmati  dan berdoa semoga bisa menikmati lagi apa yang sudah aku nikmati di hari-hari yang lalu.

Nah, buat kalian sahabat Leoku, nikmati fase hidup kalian saat ini senikmat mungkin. Ya tentu tak hanya nikmat saja tapi sepaket dengan lukanya, karena hal itu yang akan kalian syukuri kelak. Jangan murung lagi ya neng.


Komentar

  1. Takut tambah dewasa takut aku kecewa langsung terngiang, jadi ini yang dinamakan usia membatasi jiwa. Sedih sih kalau punya jiwa muda, tapi enggak bisa melakukan hal yang diinginkan karena usia. Dipandang orang memang agak aneh juga. Kita yang umur segini aja kecewa enggak puas sama masa muda, lha apa kabar dengan yang nikah muda? :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)