Cintai Negeri Ini dengan Membeli Produk Lokal



"Hai mbak Dian, ketemu lagi  kita" saya menyapa seorang perempuan muda yang sedang tersenyum manis. "Iya mbak, saya ikut pameran disini, harapannya sih produk saya semakin dikenal banyak orang" rupanya Mbak Dian nggak lupa sama saya meski kami baru bertemu sekali saat acara Urun Rembug di Sleman Space pekan lalu. Mbak Dian disana juga memamerkan produk kerajinan kayunya, bahkan memberi kenang-kenangan produknya kepada Menteri Koperasi dan UKM Bapak Teten Masduki yang kala itu hadir bersama Putri Tanjung.


Modust, Kerajinan dari Limbah Kayu menampilkan Wajah Yogyakarta

Jumat siang saya menyempatkan datang ke pameran UKM yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta. Rencananya pengen cari produk lucu khas Jogja buat teman di sebrang pulau yang lagi kangen Jogja tapi dianya tidak bisa pulang ke Jogja.


Secara tidak sengaja bertemu lagi dengan Mbak Dian, pemilik Modust, sebuah usaha kecil menengah yang memiliki produk kerajinan dari limbah kayu yang merupakan sisa-sisa potongan kayu dari industri-industri mebel di Jogja.

Sejak tahun 2016 mbak Dian bersama temannya mahasiswa Institut Seni Yogyakarta (ISI) iseng-iseng menyalurkan hobi membuat craft dan keterusan hingga sekarang. Dijual secara online dan offline melalui pameran-pameran.


Saat ini Modust bukan hanya hobi, tetapi sudah dijadikan bisnis dan mbak Dian beserta rekannya fokus mengembangkan Modust, mulai menawarkan ke travel agent, event organizer , instansi-instansi dan toko craft di Jogja.



Ohya, produk mbak Dian ini lucu-lucu lho. Ada tempelan kulkas, miniatur icon-icon budaya seperti bregodo, perempuan yang mengenakan konde dan lurik, atau pria berblankon. Ciri khas Jogja lah. Cocok dijadikan souvenir, hiasan dan gift.

Dalam sehari mbak Dian memproduksi 10 boneka kayu, sisa-sisa potongan kayu dari industri mebel dibawa ke tukang bubut setelah dibentuk sesuai dengan design kemudian mbak Dian dan rekannya memberi sentuhan finishing seperti menggambar dan mengecat. Orang berjiwa senilah yang bisa bikin kreasi cakep kayak gini. Sedang saya bikin gambar bebek aja hasilnya cuma kayak angka tiga. LoL.

"Motivasi saya mengembangkan Modust, pertama sebagai ibadah, yang kedua menjadi bermanfaat bagi sesama dengan menciptakan lapangan kerja dan berbagi serta ingin mengurangi limbah yang semakin banyak" tutur Mbak Dian sambil membungkus dua tempelan kulkas yang saya beli.

Amboi, mbak Dian ini sebaya dengan saya tapi impian dia tak melulu untuk dirinya sendiri. Saya jadi malu deh :(

Membeli produk lokal berarti memberi lapangan kerja buat anak bangsa. Demi masa depan anak cucu kita!
Teman-teman, sering kita tidak sadar jika disekitar kita ada banyak sekali pelaku UKM yang menggantungkan hidup dari penjualan produk mereka. Kita dengan sesuka hati membeli produk asing dan lebih bangga memakai barang-barang brand luar negeri.

Iya  apa  iya?

Ho'o pho ho'o?


Rasanya saya tak pantas menjudge kalian sedang saya sendiri masih sok-sok-an bangga memakai produk luar negeri, dengan alasan gengsi lah, produk luar lebih berkualitas, modelnya kekinian lah, dan segudang alasan yang dicari-cari.

Padahal saat ini UMKM lah yang turut menyumbang 62 % perekonomian negara kita. Rasanya jahat banget jika kita hanya 'numpang' enak sama pelaku UMKM dan kita tidak turut membantu membeli produk mereka.

Sobat Prima, kekuatan suatu bangsa jika bisa berdikari, salah satunya apabila produk lokal berjaya di negerinya sendiri.

Jika kita sendiri belum mampu menghasilkan produk, paling tidak belilah produk hasil karya temanmu, saudaramu, kerabatmu atau tetanggamu. Hal kecil itu membuka peluang pekerjaan bagi mereka lho. Menjadi rejeki bagi mereka dan kelangsungan usaha mereka.

Produk Lokal itu Berkualitas



Siapa tadi yang ngomong hasil karya anak bangsa itu nggak bagus, nggak keren dan kualitasnya kurang. Mungkin kalian tidak tahu jika sepeda Polygon yang ngehits di dunia itu hasil karya anak bangsa? Atau Polytron produk elektronik bikinan saudara kita sebangsa?

Batik, yang harus melalui serangkaian proses panjang, teknik khusus dan ketelatenan tentu jauh berkualitas dibanding kain bermotif batik hasil print pabrik yang diproduksi massal. Jadi jangan heran, jika batik tulis harganya mahal karena sebanding dengan effort yang dikeluarkan oleh pengrajin batik.

Bagaimana sudah mulai cinta sama saya, eh sama produk-produk lokal?

Supaya makin cinta, saya mau ajak kalian lanjut berkeliling di pameran UKM Great Sale persembahan Dinas Koperasi dan UKM DIY.





Ada puluhan pelaku UKM yang mengikuti pameran ini. Ada pengrajin batik, kuliner, baju, aksesoris hingga herbal.



Banyak pilihan barang yang bikin tangan saya bergetar pengen beli semua, tapi mengingat isi dompet yang cuma itu-itu saja jadi saya membeli barang yang benar-benar saya butuhkan.

Bawang Hitam sebagai Upaya Penyembuhan



Langkah saya seketika berhenti di depan meja yang diatasnya tersusun toples berisi bawang hitam. Saya sangat tahu khasiat dari mengkonsumsi bawang lanang atau biasa disebut juga bawang tunggal. Teman-teman kantor saya banyak yang mengkonsumsi rutin untuk menyembuhkan penyakit degeratif seperti darah tinggi, stroke, kolesterol dll

Saya pun mengikuti jejak mereka dengan merendam bawang lanang di madu selama beberapa minggu, agar saat dikonsumsi tidak terlalu pengar dan panas.

Tapi, saya yang notabene nggak telaten jelas tidak bisa rutin mengkonsumsi bawang lanang yang direndam di madu. Dari alasan lengket lah, nggak enak lah dan bla bla bla. 😁

Nah, saat melihat bawang hitam produksi bu saya langsung tertarik membelinya, tentu dengan bertanya dulu apakah bawang yang diopen tersebut berkhasiat?

Beliau bercerita, jika Ibunya pernah sakit komplikasi dari diabetes, darah tinggi dan jantung. Setelah mendengar khasiat bawang lanang dia kemudian berinisiatif membuat bawang bisa dikonsumsi secara langsung dengan diopen terlebih dahulu.

Setelah rutin mengkonsumsi  penyakit Ibunya berkurang dan dia kemudian menjual bawang hitam dengan tujuan agar orang lain juga bisa merasakan kesembuhan seperti ibunya.

"Dicicip dulu mbak, enak kok" sambil menyodorkan toples yang sudah terbuka, ditujukan untuk tester.

Saya sudah bergidik duluan karena bawang lanang yang saya rendam dimadu selama dua minggu saja masih terasa pengar dan keras saat dikunyah.

Ibu itu berhasil meyakinkan saya. Saya ambil satu bawang yang berwarna hitam, dikupas dan didalamnya bawang sudah lembek, kayak selagi tapi warnanya hitam. Saya masukkan ke mulut dan enak lho. Asem asem gimana gitu. Beda dengan bawang yang saya rendam di madu.

"Kalau yang direndam madu ada manisnya mbak, bahaya juga, yang ini kan aman nggak ada gulanya"

Oh iya, ya kenapa saya tidak kepikiran ya (baca dengan logat si Tisna)


Tanpa berpikir panjang, saya langsung beli satu toples kecil yang harganya 35 ribu, dipasaran harganya bisa mencapai 55 ribu. Selain lebih murah, saya memang butuh banget bawang hitam untuk menjaga kesehatan tubuh. Sehari cukup 2x1 kata penjualnya, untuk mencegah penyakit datang.

Jajanan Tradisional Bu Bagyo




Di penghujung perjalanan saya berkeliling di pameran UKM Great Sale, saya menemukan penjual Jajanan tradisional.

Tombo Kangen, tertera di tampah dari bambu yang memuat nama-nama jenis makanan yang dijual oleh Bu Bagyo. Dari cenil, tiwul, gatot, srintil, getuk, Lupis, klepon hingga hawuk-hawuk.

"Nyuwun cenil sama tiwul ya mbah" saya memesan dua menu kesukaan saya dan anak lanang.

Dengan sigap Bu Bagyo membungkus cenil yang terlebih dulu diberi alas daun pisang. Dilanjutkan membungkus tiwul yang berwarna kecoklatan. Sungguh sangat menggoda.

Dua bungkus Jajanan jaman dulu yang berbahan singkong menjadi tombo kangen saya akan masa kecil, dan kerinduan akan kampung yang tenang.


UKM Great Sale




Dinas Koperasi dan UKM DIY sendiri sering mengadakan pameran produk UKM dengan tujuan memperkenalkan produk-produk para pelaku usaha kecil mikro menengah dari seluruh penjuru Yogyakarta, baik itu yang dari Sleman, Bantul, Kulon progo, Kota Yogyakarta bahkan yang dari Gunung Kidul.


Saya sangat mengapresiasi program ini, yang merupakan bentuk support dari pemerintah terhadap masyarakat pelaku usaha kecil mikro menengah yang memang harus didukung penuh, baik itu dalam produksi ataupun pemasaran.

Sobat Prima, pemerintah telah berupaya dengan banyak cara untuk mendukung para pelaku UKM, sekarang giliran kita donk turut serta mencintai produk lokal dengan membeli barang-barang hasil karya anak negeri.

"Aku cinta produk lokal" jangan hanya jadi slogan, mari tunjukkan rasa cinta kita pada negeri ini  dengan membeli produk dalam negeri.

Selesai sudah hunting bingkisan buat teman yang lagi kangen Jogja. Selain dua magnet kulkas yang unyu, ada cookies jadul serta keripik singkong yang kekinian.

Semoga teman saya terobati kangennya akan Jogja setelah paket diterima dan makin cinta produk lokal.

Komentar