Akankah Pesanggrahan Ambarukmo Terlupakan?




"Buk itu gedung apa?" telunjuk Mas Nathan mengarah ke bangunan pendopo di belakang kami.

"Oh itu pendopo mas dalamnya ada kolam juga" walaupun belum pernah masuk ke setidaknya saya sedikit tahu tentang sejarah dari Pesanggrahan Ambarukmo.

"Ke situ yuk Buk!" Mas Nathan penasaran dan ingin melihat bagian dalam Pesanggrahan Ambarukmom

"Lha udah sore nggak boleh masuk, besok (kapan-kapan) saja ya" saya mebolak dengan halus ajakan anak lanang karena waktu tidak memungkinkan.

"Ok Buk" senyum anak lanang mengandung harapan untuk bisa berkunjung ke bangunan bersejarah yang terhimpit dua bangunan modern.

***

Salah satu mall favorit saya dan anak-anak yaitu Ambarukmo Plaza. Berlokasi tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya membutuhkan waktu 15 menit saja berkendara dan kami sudah bisa menikmati pertokoan modern yang namanya sama dengan hotel berbintang 5 di sebelahnya.

Saat uang menipis dan anak minta ngemall bukan jadi perkara yang ribet bagi saya. Toh anak lanang tak pernah minta macam-macam dan mudah saya bujuk. Cukup beli roti Boy dan Mocca Float, dibawa keluar mall, jalan menuju air pancuran di timur mall dan dinikmati sembari melihat rindangnya pohon di sekitar pendopo Ambarukmo. Mereka sudah senang. Gembira. Tapi saya enggak, lha abis liat diskon sepatu di Sport Station tapi ga punya duwek. Wekakakaka.

Gaes, karena seringnya nongkrong di dekat pendopo Ambarakmo, saya jadi penasaran dengan bangunan yang ada dibelakang pendopo. Apalagi saya pernah membaca artikel jika di antara Mall dan hotel Ambarukmo ada sebuah gedung bersejarah dan ada kolam air yang begitu cantik. Tapi, yang bisa saya lihat dari depan hanya pendopo dan jujur agak takut masuk ke dalam karena memang sepi dan kawatir diusir jika bangunan itu tidak dibuka untuk masyarakat umum.

Btw, tempo hari saya sekeluarga berencana untuk melihat-lihat Pesanggrahan Ambarukmo. Sudah diniati dari rumah setelah sekian lama rencana hanya jadi wacana.
Ambarukmo Plaza terlihat dari bagian timur, dipancuran itulah saat senja saya nongkrong bersama anak lanang

Saya memarkir kendaraan di mall, bisa saja sih di area depan pendopo tapi parkir valet dan mahal. Atau parkir di hotel yang harus jalan kaki lebih jauh. Untuk praktisnya memang parkir di Ambarukmo Plaza sekalian nanti belanja disana.

 
Hening. Adem. Semilir angin sepoi-sepoi menghipnotis saya. Rindangnya pepohonan membuat suasana Jogja yang panas menguap. Saya seolah tidak berada di salah satu pusat kota Jogja. Tidak sedang berada di antara dua bangunan modern di jalan Solo. Tapi ada di sebuah tempat yang tenang dan jauh dari keramaian kota.


Saya berjalan melewati pendopo menuju bagian belakang. Saya agak bingung mencari pintu masuk. Dan sempat salah masuk menuju gedung dibaratnnya yang merupakan tempat spa milik kraton. Ada petugas penjaga yang memberi tahu lokasi pintu masuk tepat di belakang pendopo.


Ada seorang petugas yang menjaga buku tamu di dekat pintu masuk. Sesudah mengisi buku tamu kami dipersilahkan masuk. Saya juga menanyakan apakah boleh membawa kamera dan ternyata diperkenankan. 

Bagi dalam Museum Ambarukmo ini terdapat penjabaran isi dari Perjanjian Giyanti mengenai pemisahan Mataram Islam menjadi Surakata dan Yogyakarta. Selain itu terdapat jajaran portrait dari Sultan-sultan yang pernah memerintah di Kesultananan Yogyakarta Hadiningrat lengkap dengan penjelasan sejarah Ambarukmo. Bekas kamar utama di Dalem Ageng telah diisi dengan koleksi wayang, batik tulis serta keris yang telah diakui sebagai warisan dunia dari Indonesia oleh UNESCO. Pada kamar depan di sisi timur masih disakralkan hingga sekarang dimana kamar tersebut pernah menjadi kamar dari Hamengkubuwono VII. Untuk Bale Kambang yang terletak di bagian belakang bisa dikunjungi sesuai dengan peraturan yang telah tertulis disana.

Sejarah Pesanggrahan Ambarukmo :

Pesanggarahan Arjopurno masa pemerintahan Sri Sultah Hamengku Buwono VI artinya keselamatan atau kesejahteraan tahun 1860. Pesanggarahan ini direnovasi dan disempurnakan oleh Pangeran Mangkubumi atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono VII tahun 1897. Kemudian namanya diganti menjadi Pesanggarahan Ambarukmo mengandung arti keluhuran atau kemuliaan yang harum. Pangeran Hangabehi (Kepala Kori) Kraton mendapat perintah dari Sultan Hamengku Buwono VII untuk mempersiapkan penindahannya ke pesanggarahan ini. Setelah Sultan Hamengku Buwono VII pensiun menetap di pesanggarahan ini bersama permaisuri GKR Kencana. Kompleks ini digunakan sebagai tempat Pendidikan Inspektur Polisi Republik Indonesia tahun 1940-1950. Kemudian difungsikan sebagai Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman saat KRT Pringgodiningrat sebagai Bupati Sleman sampai tahun 1964. Pendirian bangunan Hotel Ambarukmo di sisi timur tahun 1957 hingga sekarang.



Anak-anak agak bosan melihat tulisan dan foto-foto para raja. Mereka sudah tak sabar ingin melihat kolam seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya. Benar saja. Duo anak lanang kegirangan dan pengen nyemplung. Dikiranya itu kolam renang umum. Saya jelaskan jika itu dulunya kolam para putri raja dan sekarang hanya untuk dilihat saja.



Bangunan yang terletak di bagian belakang atau paling utara ini dinamakan Bale Kambang. Sekilas kolam dan bangunan segi delapan ini mirip dengan Taman Sari dan ternyata dari sejarah yang tertulis di prasasti jika Bale Kambang memang terinspirasi dari Taman Sari yang digunakan untuk rekreasi istri raja dan lantai atas untuk bersemedi.


Pengunjung diperbolehkan naik ke lantai dua tetapi tidak diperbolehkan untuk memotret bagian atas. Saya sendiri cuma berjalan di bagian tangga saja tidak sampai menginjak lantai atas. Agak sungkan, meski sebelum saya datang tadi lantai dua digunakan untuk yoga sekelompok orang. Ohya, untuk ke lantai dua harus telanjang kaki ya, nggak boleh pakai sandal atau sepatu.

Sobat Prima, Jogja nggak hanya punya keraton Jogja, Kaliurang atau Parangtritis tapi punya sejarah terpendam yang bisa kamu telusuri di Pesanggrahan Ambarukmo. Kalian bisa belajar sejarah tentang Sultan Sugih, nama alias dari Sultan Hamengkubuwono VII yang sangat kaya karena memiliki banyak pabrik gula dijamannya. 

Jogja memang punya magnet tersendiri khususnya dibidang sejarah budaya makin kesini banyak wisatawan yang juga makin sadar akan sejarah budaya. Beruntung sih banyak moda transportasi yang bisa dipilih menuju ke Jogja. Dari naik mobil sendiri, kereta api hingga naik pesawat. Untuk kamu yang jauh dari Jogja sih lebih praktis dan tidak menghabiskan banyak waktu enak naik pesawat lagian tiket pesawat Garuda Indonesia gampang didapatkan hanya dengan sekali klik di situs www.pegipegi.com. 

Dalam sehari ada beberapa penerbangan menuju Jogja dari kota-kota di Indonesia. Harganya pun beravariasi tergantuk peak season dan jam terbang kamu. Semua bisa menyesuaikan budget dan waktu kamu. 

Komentar