Barista Inklusif, Ketika Kita Semua Setara


Sumber gambar : IG @benzbara_


"Dulu, saya bekerja sebagai resepsionis di Yakkum mbak. Saya suka ngopi  dan saat ngobrol-ngobrol dengan Pak Banu (owner Cupable Cafe) beliau bertanya, jika saya suka kopi kenapa tidak belajar bikin kopi sendiri. Saya tertarik dan akhirnya ikut program Barista Insklusif ini" dengan senyum yang selalu tersungging, lelaki yang memiliki ketidaksempurnaan di kedua tangannya bercerita pada saya.




Di sebelahnya ada mas Ade, yang juga penyandang difabel. Kursi roda selalu menyertai kemanapun dia beringsut. Tapi, keceriaan juga tak hilang dari pria yang berasal dari kota penghasil bawang merah ini.


Saya mengumpulkan kekuatan untuk tidak meneteskan air mata ketika mulai berbincang dengan mereka berdua. Entah, meski dari luar saya terlihat begitu kuat tapi saat bertemu dengan orang yang difabel, terpinggirkan atau dimarginalkan oleh masyarakat saya selalu ingin menangis dan "protes" pada Tuhan. Kenapa mereka tidak sama dengan saya, kenapa mereka harus mengalami keterbatasan dan sering dipandang sebelah mata oleh banyak orang.

Rupanya saya "kesetrum"dengan semangat mereka. Saya berhasil membuang rasa sedih, menyalakan kamera dan mengabadikan obrolan kami tentang kopi, barista dan semangat untuk berkarya. 

***




Minggu pagi (29 Juli 2018) saya menerjang hawa dingin yang semakin menusuk ketika memasuki jalan kaliurang km 10. Tiga setengah kilometer lagi saya sampai di sebuah Pusat Rehabilitasi YAKKUM yang berdiri sejak 16 November 1982. Pusat rehabilitasi ini dulu bernama Proyek Rehabilitasi Bethesda, proyek ini dirikan untuk menolong para penyandang disabilitas fisik yang ada di Indonesia.


Tenda biru dengan bangku kayu sudah tertata rapi, meja dengan peralatan meracik kopi serta biji-biji kopi sedang dipersiapkan oleh beberapa pria yang sepertinya barista. Banner-banner  bertema kopi dengan wajah para barista inklusif dipajang di beberapa tempat.  Para barista mulai asyik meracik kopi bagi para pengunjung dan tamu undangan. 

Perempuan berwajah manis yang juga megenakan kaos senada dengan para panitia dan barista menyapa para pengunjung yang sudah duduk manis di bangku-bangku kayu beratapkan tenda biru. Btw, buka tenda birunya mbak Desy Ratnasari ya pemirsah. Pukul 10.00 WIB acara Barista Inklusif dimulai, Bapak Zaemun selaku manager program di Pusat Rehabilitasi YAKKUM memberikan sambutan setelah acara dibuka oleh pembawa acara.

Bapak Zaemun

"Pusat Rehabilitasi Yakkum ini sudah berdiri sejak tahun 82, didirikan untuk memberdayakan difabel seluruh Indonesia. Selama ini para kaum difabel dianggap tidak mampu dan susah mendapatkan kesempatan untuk bekerja, semoga dengan adanya program dari PR Yakkum dan bantuan pihak lain akan membantu mereka bisa mandiri" ujar pak Zaekum.

Barista Insklusif, Karena Kopi Kita Setara 


Sesi pertama dari acara bertajuk Barista Inklusif, Karena Kopi Kita Setara yaitu ngobrol santai bersama Mas Gilang yang tergabung dalam BKVR.YK, Bernard Batubara - seorang penulis buku yang dalam  kesehariannya tak jauh dari  kopi, mbak Frisca Aswarini - salah satu dari penulis ide film Filosofi Kopi 2, mas Eko Sugeng - salah satu dari delapan orang yang ikut program pelatihan barista inklusif serta Ibu Rani Hapsari perwakilan dari Program Peduli.

Belajar dari "mereka"


Acara ngobrol santai yang berjalan tidak lebih dari satu jam ini membuka wawasan saya tentang Kopi dan Inklusifitas. Inklusif yang artinya memberikan perlakuan yang sama, penyetaraan. Dari kopi yang dulu cuma biji hitam, minuman penghilang kantuk yang harus ditanam di dataran tinggi sekarang sudah naik kelas menjadi sebuah minuman berkelas dan bergulir menjadi sebuah lifestyle.



Mas Gilang selaku moderator dan barista yang selama ini mendampingi delapan barista insklusif memaparkan jika di Jogja saja sudah berdiri ribuan kedai kopi, dari yang sederhana hingga cafe mewah. Ketika proses pelatihan bersama Mas Eko dkk, tak hanya calon barista yang belajar tetapi dia sendiri juga belajar untuk memberi kesempatan pada mereka dan memberi kepercayaan jika merekapun sanggup menjadi barista terampil meskipun memiliki keterbatasan. Semangat teman-teman barista inklusif pun menular ke Mas Gilang.



Kopi yang sudah menjadi teman untuk menelurkan ide dalam menulis mas Bernard Batubara ternyata juga pernah menjadi sebuah support support system ketika penulis ganteng (eheem) ini mulai bosan menulis dan berlari ke dunia kopi dan mampu menghidupkan kembali semangatnya untuk menulis. Bahkan sekarang dunianya tak lepas dari kopi. Kemanapun dia sering meracik kopinya sendiri, bahkan di hotelpun dia bawa bekal kopi dan alat buat menimbang kopi. Cek IG @benzbara_ jika pengen tahu betapa hidup doi tak leoas dari buku dan kopi.

Menyambung tentang difabel, dia menyatakan jika kelak kita semua akan menjadi DIFABEL. Suatu saat kita akan mencapai titik dimana kita mengalami disabilitas, atau keterbatasan diri dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional. Saat tua kita tak lagi bisa menolong diri sendiri. Tak perlu menunggu tua, ketika emosi kita drop bahkan kita juga mengalami keterbatasan. 

Lalu, ada yang sok merasa hebat dan sempurna? Bullshit gaes.


"Difabel bukanlah sakit" kata Mbak Rani Hapsari. Perempuan yang mengabdikan dirinya pada yayasan kemanusiaan. Beliau adalah project manager Program Peduli Pilar Disabilitas. Salah satu foundation yang mendukung program Barista Inklusif.  Berangkat dari kepedulian untuk menciptakan seluruh elemen masyarakat yang mendapat perlakuan setara dalam segala hal. Dia merasa sangat tidak setuju jika seorang difabel harus menyertakan surat keterangan "sakit" saat mencari pekerjaan. Mereka tidak sakit dan mereka juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti orang lain. Mbak Rani berharap dengan pelatihan Barista Inklusif ini akan memberi bekal bagi mereka agar bisa setara dan bisa berkarya dalam masyarakat.


Program Peduli yang didukung penuh oleh Australian Government bersama pemerintah  dirancang untuk meningkatkan inklusi sosial bagi enam kelompok yang paling terpinggirkan di Indonesia, yang kurang mendapat layanan pemerintah dan program perlindungan sosial. Enam kelompok sasaran tersebut adalah (1) Anak dan remaja rentan, (2) Masyarakat adat dan lokal terpencil yang tergantung pada sumber daya alam, (3) Korban diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan berbasis agama, (4) Orang dengan disabilitas, (5) Hak asasi manusia dan restorasi sosial, dan (6) Waria. (sumber www.programpeduli.org)




Meski bukan penyuka kopi tetapi kehidupan Frisca Aswarini tak lepas dari dunia biji hitam atau kopi. Bali yang merupakan tanah kelahiran sekaligus tempat tinggal penulis puisi ini sangat lekat dengan kopi. Banyak kopi enak berasal dari pulau Bali , apalagi di Bali surganya warung kopi dan cafe. 

Penyair yang tulisannya bersama Christian Armantyo menjadi ide cerita film Filosofi Kopi juga memiliki saudara yang menyandang difabel. Dia mengerti betul kehidupan seorang difabel dan berjuang agar saudaranya juga mendapat perluan yang setara.

Dia mendukung penuh program Barista Inklusif, melalui kopi teman-teman penyandang difabel akan bisa berkarya dengan kopi yang dibuatnya serta akan mendapat penghargaan yang lebih dalam masyarakat. 


Obrolan tentang kopi dan inklusifitas tak akan bernyawa tanpa kesaksian dari Mas Eko Sugeng,  satu dari 8 Barista Inklusif.  Pria yang ceria ini sangat merasa bahagia telah mendapatkan pelatihan dari Program Peduli dan PR Yakkum selama satu bulan ini. Dia merasa lebih berarti setelah memiliki keahlian meracik kopi, meski dengan keterbatasan fisik mas Sugeng bisa menjadi barista seperti orang normal. Kepercayaan dirinya bertambah dengan kemampuan brewing kopi. Kecintaannya pada kopi tak hanya menjadi penikmat, tapi sekarang sudah meningkat menjadi peracik kopi bagi orang lain.

Pusat perhatian memang terpusat pada pria yang jenaka ini. Bahkan disesi obrolan bersama, dia bisa melawak dengan merayu mbak Frisca. "Kalau tidak ingin deg-deg an saat minum kopi, coba minumnya bedekatan dengan saya mbak" rayuan pulau kelapa mas Eko pada mbak Frisca seketika membuat geer  para pengunjung termasuk saya yang cukup tergelak dengan rayuan mas Eko.

***

Fun Battle n Tos Kesetaraan 


Sesi yang paling dinanti selain obrolan seru yaitu fun battle, dimana peserta yang terdaftar akan battle brewing.  Ternyata pesertanya lumayan banyak lho. Sekitar 18 orang yang turut bertanding menunjukkan keahlian meracik kopi mereka dalam waktu 5 menit. Tak ketinggalan barista inklusif pun ikut bertanding, tak mau kalah dengan barista lain.


Keseruan fun battle begitu terasa, terlebih hadirnya teman-teman dari komunitas kopi, barista dari BKVR.YK serta para juri yang sudah piawai menyeruput kopi dan menilai "enaknya" secangkir kopi.
Fun Battle terbagi dalam 6 sesi, dengan 3 peserta tiap sesinya. 

Mbak Aqied, temen blogger ikut menjadi salah satu juri
Kopi yang nikmat tidak hanya ditentukan darimana biji kopi berasal, bagaimana meraciknya atau siapa peraciknya. Tetapi kenikmatan secangkir kopi berasal dari proses menyeluruh dari biji kopi ditanam, di panen, kemudian disangrai, ketika digiling hingga diracik. Ada sebuah pesan dari secangkir kopi dengan kepulan asapnya. 

Semoga dari kopi, kesetaraan akan muncul. Sudah seharusnya kita mengubur stigma negatif pada kaum difabel, kaum minoritas, korban kekerasan , penghayat kepercayaan, korban narkotika dan semua kaum marginal. Semoga, tak ada lagi kaum yang terpinggirkan dan mendapat perlakuan yang tidak sama. 




Dari kopi, mari belajar dari perbedaan, hentikan segala prasangka dan bersama mewujudkan dunia yang setara dan semartabat. Kelak, kita akan melihat Eko Sugeng dan Ade -Ade yang lain tersenyum bahagia meracik secankir di kedai mereka sendiri.

(Video Barista Inklusif bisa kamu lihat di video berikut)



Salam kesetaraan!
 

Komentar

  1. ak takjub melihat mas ade dan mas eko.
    kapan ya di bwi ada acara semacam ini :D

    BalasHapus
  2. Terharu liatnya. . Mereka yg punya keterbatasan begini aja msh ga mau menyerah dan ttp berusaha mandiri ya mba. Beda ama orang2 pengemis yg fisik utuh tp kok ya lbh seneng ngemis.. Semoga para barista ini akan lbh sukses lagi kedepannya :). Pgn cobain kopi buatan mereka akunya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)