Ajarkan Anak Berani Bicara dan Mari Menjadi Sahabat Bagi si Kecil



Ibuk saya memang galak!

Ibuk saya memang (maaf) cerewet!

Tapi, Ibuk adalah sahabat saya.



***

Semasa saya masih sekolah SD dan SMP, saya punya seorang sahabat. Dia begitu takut sama mamanya. Padahal tingkat kecerewetannya (maaf) jauh lebih rendah dibanding Ibuk saya. Semakin mengenal mereka, saya jadi tahu kalau memang mama teman saya galak dan terkadang main tangan. Bersyukur banget, saya memiliki Ibuk yang memang kadang suka nasehatin banyak hal bla-bla-bla tiada henti tapi beliau begitu pengertian dan seingat saya nggak pernah di jewer atau dicubit sama Ibuk.

Orang Tua Seharusnya Menjadi Sosok Sahabat

Berbeda dengan Ibuk, Bapak cenderung agak keras dan tegas. Maklum sih, biasanya sosok Bapak memang seperti itu. Tapi kalau nggak gitu anaknya juga jadi celelekan ya Pak. LoL. Menurut saya, orang tua seyogyanya menempatkan diri sebagai sahabat bagi anaknya. Karena jika bisa menjadi sahabat, anak akan lebih terbuka dan tidak "takut" sama orang tuanya.

Komunikasi yang lancar akan terjalin jika anak dan orang tua menjadi sahabat. Ibuk saya sering ngobrol tentang teman-teman lelaki saya, Ibuk bahkan lebih akrab ngobrol dengan semua teman saya. Saya pun tak pernah takut bercerita segala hal pada Ibuk.

#BeraniBicara sama orang tua itu ternyata tidak dialami oleh semua anak 'lho. Bahkan banyak yang takut dan malah diam dan melakukan hal yang terlarang. Misal, ingin lihat konser dan takut tak mendapat ijin malah backstreet dan berbohong. Atau kasus besar, jika kejadian hamil di luar nikah dan takut sama orang tua, kemudian pendek pikiran dan memutuskan aborsi. Padahal, jika si anak mau mengkomunikasikan dan berani bicara pasti orang tua akan memberikan solusi terbaik. 

Sobat Prima, perkembangan karakter pada anak dimulai dari keluarga. Karakter anak terbentuk perlahan-lahan dari interaksi, sentuhan lahir dan komunikasi sejak mereka lahir. Cara mendidik dan mengasuh akan membentuk karakter mereka.

Sayangnya, hingga saat ini masih banyak anak yang belum berani terbuka kepada orang tuanya. Padahal, untuk mencapai rumah tangga bahagia, keterbukaan dan komunikasi yang intensif antar anggota keluarga, termasuk antara anak dan orang tua, sangatlah diperlukan. Keterbukaan pada anak juga dapat membantu orang tua memantau perkembangan karakter anak.




Saya suka banget sama iklan teh Sariwangi, dimana bintang iklannya keluarga Mona Ratulio. Keluarga Mona Ratuliu sampai sekarang masih menjadi salah satu citra keluarga harmonis. Di iklan tersebut si anak takut meminta ijin untuk nonton konser sama Bapaknya dan tetap dimotivasi oleh si Ibu untuk meminta ijin, ya walaupun kesan si Bapak agak galak tapi ternyata memberi ijin asal diantar ama si Bapak. 

Tugas saya menjadi sahabat bagi duo anak lanang


Mendidik anak di jaman sekarang jauh berbeda dengan jaman dulu dimana masih musim surat-suratan. Lol. Dunia digital dengan semua kemudahan dan godaan negatif harus benar-benar diantisipasi agar tidak membawa dampak buruk bagi anak. 

Saya sendiri prefer menjadi sahabat bagi anak-anak dari pada menjadi Ibu yang ditakuti dan otoriter. Meskipun sisi galak tetep harus ada. Tapi jangan kebangetan ya. Keterbukaan menjadi poin utama jika mau menjadi sahabat bagi anak. Terlebih duo anak lanang cenderung anak yang introvert dan pemalu sehingga kadang mereka sulit berbicara. Bukan karena takut sebenarnya, tapi cenderung malu. 

Perlahan tapi pasti jika kita intensif  mengajarkan anak untuk berani bicara dengan keluarga dapat membantu menumbuhkan anak yang jujur, memotivasi anak untuk lebih berani bergaul dengan temannya, dan menghindari kesalahpahaman.Waktu tepat untuk mengobrol dari hati ke hati dengan anak kalau saya di sore hari setelah saya pulang kantor, anak-anak sudah mandi dan bersantai bersama sembari minum teh. 

Saya kutip artikel dari www.tehsariwangi.com berikut 3 cara memotivasi anak agar mau terbuka dan #beranibicara:

1. Beri contoh langsung tentang keterbukaan 

Bukan hanya anak-anak saja yang tidak berani bicara secara terbuka, terkadang kita pun sulit untuk berani bicara dengan pasangan. Nah, untuk memotivasi anak-anak agar berani terbuka, mulailah dari diri kita sendiri. Beranikan diri untuk bicara dan terbuka kepada pasangan tentang hal-hal apa pun. Manfaatkan kebaikan teh untuk memulai berani bicara dengan pasangan agar suasana lebih hangat dan santai.

2. Hindari terburu menghakimi anak 

Biasanya, anak tidak berani terbuka membicarakana masalah karena takut orang tuanya akan marah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan rumah tangga bahagia, sebaiknya kita tidak terburu menghakimi anak, terutama jika ia telah melakukan kesalahan. Dengarkan dengan sabar ketika anak bercerita agar ia lebih berani terbuka di masa yang akan datang.

3. Lebih banyak komunikasi 

Saat di rumah, biasakan untuk menyediakan waktu berkomunikasi dengan si kecil. Santai bersama keluarga sambil menikmati kebaikan teh bisa menjadi waktu yang tepat untuk membicarakan hal yang ringan sampai dengan yang serius. Bila perlu, saat pasangan sedang pergi ke luar kota, ajak anak untuk melakukan panggilan suara atau video. Intensitas komunikasi antar keluarga membuat kita dan anak-anak lebih berani untuk membicarakan segala hal.

Kelak, semoga saya bisa menjadi sahabat baik bagi duo anak lanang dan dimata mereka sayalah Ibu kesayangan sekaligus sahabat terbaik mereka. 

Sobat Prima, share yuk, kesan kalian terhadap orang tua kamu.


Komentar

  1. Aku nih kadang makprima, klo ada apa2 sama anak2 langsung bilang " tuh kan apa ibu bilang" duuuh. Klo pas udah sadar langsung nyesel kenapa harus ngomong gitu. Padahal kalo mau sabar 5 menit aja pasti bisa dapat penjelasan yg detil dr anak2. Apalagi anak abegeku, biasanya mereka bisa kasih jawaban yg masuk akal kenapa mereka harus melakukan hal itu misalnya. Curcol iki cerita e hahaha

    BalasHapus
  2. Makasih mba artikelnya, sedang berusaha terus jadi sahabat anak..

    BalasHapus
  3. Ibuku sabar banget. Nggak pernah marahin aku. :) Jadi kalau mau bikin gara2 ma beliau, jadi mikir2 dulu.

    BalasHapus
  4. Tiap ibu mungkin selalu begitu, rasa sayangnya memang sepanjang masa.

    BalasHapus
  5. Dulu orang tua saya juga begitu, mengajarkan anaknya untuk berani bicara. Makanya sekarang mulai membiasakan kepada anak-anak, belajar sabar juga, dan mendengarkan mereka.

    BalasHapus
  6. wuaaaa makasi artikelnya mbak. Mengingatkan aku gimana menjadi ibu yang baik. Belaja belajar berproses bersama dalam keluarga, karena memang menjadi ibu gak ada sekolahnya

    Klo lagi bener, aku biarin Prema ngeluarin pendapatnya terhadap sesuatu tapi klo lagi error biasanya ku tutup kesempatannya berbicara hiks

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)