HARI PANGAN SEDUNIA :Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku

Hari Pangan Sedunia: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku
Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia.

Hari Pangan Sedunia


Seperti biasa saat sore hari saya berjalan jalan di pinggir desa bersama duo anak lanang. Tiba-tiba Mas Nathan bertanya, sambil melihat kearah sawah.
 "Orang itu lagi ngapain Buk" Tanya anak saya.
"Lagi nandur (bertanam) mas" jawab saya.
 "Nandur apa 'e?" Mas Nathan bertaya lagi.
 "Ya, nanti Ibu tanyain sama Mbak Jilah ya" jawab saya lagi.

Mbak Jilah dan suami sedang menabur benih

Dari pinggir sawah saya melihat Mbak Jilah bersama suaminya sedang menebarkan benih, mereka bekerja sama. Suaminya melubangi tanah, sedang Mbak Jilah memasukkan bijinya satu persatu ke dalam lubang tadi. Kala itu sudah hampir jam 5 dan sebentar lagi magrib, tapi mereka masih bersemangat bekerja.
Mbak Jilah sibuk menyebar benih kacang

Ketika mereka menabur benih di bagian pinggir, saya sedikit mengobrol dengan Mbak Jilah. Dia bercerita jika sedang menanam kacang brol atau kacang tanah. Setelah sebulan yang lalu panen padi, kali ini dia ganti menanam jagung. "Di selang seling mbak" Kata mbak Jilah. Sawah sebaiknya tidak ditanami padi terus, tapi diselang seling, selama 3 bulan ditanami padi, dan setelah panen diganti dengan palawija atau kacang-kacangan. "Agar tanahnya tetep subur mbak, kata mbah jaman dulu memang harus selang seling, nggak boleh padi terus agar sawahnya tetap gembur dan subur" Mbak Jilah menjelaskan pada saya.

Memang, kata teman-teman saya yang punya sawah,  jika ingin menghasilkan banyak uang ditanami padi terus, tapi lama kelamaan tanahnya rusak dan panenan padi tidak maksimal. Ehm, saya manggut-manggut saja mendengar penjelasan Mbak Jilah, karena saya memang awam soal pertanian dan nggak punya sawah pula.

Beberapa minggu yang lalu memang sedang musim panen padi, sepanjang yang saya lewati dari Bantul samapai Kalasan banyak orang memanen padi mereka, dan saat ini sawah mereka sedang musim "tandur" atau musim menanam padi. Dalam hati saya terbersit rasa iri, pasti para petani itu uangnya banyak karena panen besar. Pasti mereka juga senang karena punya sawah luas dan sudah merasa tentrem/damai.


Buruh tani di Bantul sedang "tandur"

Tapi mendengar penjelasan Mbak Jilah pikiran saya terbuka kalau tidak semua petani itu mempunyai sawah, banyak petani yang menyewa bahkan cuma jadi buruh tani, seperti Mbak Jilah yang mengerjakan sawah saudaranya dengan sistem bagi hasil, 50 persen buat dia dan 50 persen bagi pemiliknya. Saat panen berhasil mungkin dia bisa tersenyum lega, tapi saat padi diserang hama atau harga pupuk meroket membuat hasil panenan tidak seberapa. Padahal dia sudah bekerja keras, berpanas-panasan tapi hanya mendapat uang sedikit.
Seorang petani di Bantul tampak sedang mencangkul sawahnya

Miris memang, petani  tulang punggung  pangan dan gizi bangsaku tapi kehidupannya sangat memprihatinkan. Atau malah dipandang sebelah mata dan dianggap remeh. Padahal apa yang kita makan, dari nasi, sayur mayur, kacang-kacangan itu semua jerih payah para petani. Bisa dibilang petani pejuang pangan dan gizi bangsaku  karena  pangan yang bergizi adalah penyokong utama keberlangsungan hidup kita, bahkan bangsa kita. Tanpa bahan pangan, kita akan mati, dan sudah sepantasnya menjadikan Petani sebagai Pahlawan Gizi.


Melihat sepeda yang digunakan Mbak Jilah, sudah terlihat bagaimana kehidupannya. Untuk mendapatkan uang yang banyak guna mencukupi seluruh kebutuhannya tidaklah mudah, apalagi suaminya juga petani. Dia juga bercerita, saat menunggu panen selama 3 bulan, dia tetap harus berbelanja kebutuhan tangga dan biaya sekolah anaknya. Padahal hasil panen terkadang mengecawakan dan dia terpaksa meminjam uang kepada bank keliling atau biasa disebut "bang plecit". Pastinya dengan bunga yang tinggi, tapi mau gimana lagi mereka butuh uang.

Tak bisa dipungkiri tak hanya Mbak Jilah yang mengalami krisis ekonomi, banyak petani yang mengalaminya dan mayoritas petani kita mempunyai pendapatan yang rendah. Walaupun harga pasaran tinggi, para petani tidak mengalami imbasnya dengan mendapat untung yang banyak, karena rantai penjualan yang terlalu panjang dan banyak tengkulak yang bermain curang, membeli dengan harga murah dari petani tapi menjual dengan harga tinggi.

Sering kita membeli bahan pangan seperti sayur dengan harga yang sangat murah. Ibuk saya sebagai konsumen yang seharusnya senang mendapat harga murah malah merasa kasihan dengan para petani. Seperti kejadian beberapa bulan yang lalu, dimana petani lebih memilih membuang tomatnya dari pada menjual, karena satu kilo tomat hanya dihargai 300 rupiah dan petani masih harus membayar biaya angkut perkilonya 500 rupiah. Bayangkan sama sekali tidak sebanding dengan modal dan tenaga para petani.


Menurunnya jumlah petani
Penghasilan petani yang sangat minim membuat jumlah petani semakin menurun  dalam survei pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui jumlah rumah tangga usaha tani di Indonesia pada 2003 masih 31,17 juta. Tapi, sepuluh tahun kemudian (2013), jumlahnya menyusut jadi 26,13 juta. Turun sekitar 5 juta selama sepuluh tahun. Atau kalau dirata-rata 1,75 persen per tahun. Apalagi tidak adanya regenerasi petani, coba kita lihat disekeliling, adakah anak muda mau jadi petani? Mayoritas petani adalah simbah-simbah yang seharusnya sudah pensiun dirumah, tapi demi mencukupi kebutuhan ekonomi para petani itu masih berkubang lumpur demi produksi pangan negeri ini.

Mengingat pentingnya ketersediaan pangan yang bergizi sejak tahun 1979 melalui Resolusi PBB Nomor 1/1979, PBB menetapkan tanggal 16 Oktober sebagai Hari Pangan Sedunia (HPS). Dan sejak tahun 1981 seluruh negara anggota FAO ( Food and Agriculture Organization)  termasuk negara kita  memperingati Hari Pangan Nasional setiap tahunnya. 

Banyak yang tidak tahu tentang Hari Pangan Sedunia, padahal dengan adanya event tahunan ini dijadikan tonggak pemersatu semua pihak yang berkontribusi dalam ketersediaan pangan nasional. Dari pemerintah, petani, para disitributor hingga para ahli pangan. Kerjasama yang sinergis dari semua pihak diharapkan bisa mewujudkan negara kita berswasembada pangan, seperti Padi, Jagung, Kedelai, Gula dan Daging.

Pangan dan gizi tidak bisa dipisahkan, karena gizi sebagai penunjang keberlangsungan hidup manusia, gizi dan pangan merupakan faktor penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan investasi pembangunan. Banyak bukti bahwa perbaikan produksi, pengolahan dan konsumsi pangan akan berdampak positif pada perbaikan gizi, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja dan usaha serta pendapatan masyarakat. Tujuan pembangunan sektor ekonomi dan tujuan pembangunan sektor sosial akan sulit dicapai tanpa perbaikan gizi dan pangan. 

Petani Hidup dan Mati Bangsaku
Berbicara tentang pangan, bukan hanya padi sebagai sumber pangan tapi segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati seperti produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Sudah sepatutnya kita berterima kasih tak hanya kepada petani, tapi kepada para nelayan maupun peternak. Dari merekalah kita dapat memenuhi kebutuhan gizi, dari ikan, maupun daging ayam, kambing atau sapi. Petani hidup dan mati bangsaku, dan semoga ke depan target pemerintah bisa mewujudkan  swasembada pangan pada tahun 2017 yang mencakup  komoditas Padi, Jagung, Kedelai, Gula dan Daging.

Mari kita peringati hari Pangan Sedunia dengan bijak, turut berkontribusi aktif dan mendorong pemerintah untuk melakukan perbaikan dengan beberapa cara :

1. Memberikan tambahan pengetahuan dan bimbingan terhadap petani untuk menambah pengetahuan
2. Memberikan pembinaan melalui penyuluh, terutama di daerah pelosok
3. Memajukan teknologi pertanian dan menambah mesin pertanian yang canggih
4. Adanya pengawasan  terhadap harga komoditi pangan agar tidak merugikan petani sekaligus pihak 

    konsumen.
5. Mengurangi import komoditas pangan
6. Memberdayakan KUD dan memutus rantai penjualan yang terlalu panjang

7. Memberikan bantuan pinjaman dana lunak agar petani terbebas dari rentenir


Saya jadi  ingat nasehat  mbah  kakung,

"Jangan pernah menipu jerih payah keringat petani, jangan juga menuntut balasan dari petani, lemah teles lego ati"

Jika diartikan seperti ini, kita harus membeli hasil panenan petani dengan harga yang pantas, mengingat jerih payah mereka, jangan jadi tengkulak yang jahat, biarlah Tuhan yang akan membalas, dan hati kita akan lega"



 ********************
Sumber referensi : 
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/150813_trensosial_tomat
http://www.pergizi.org/index.php/home.html
http://www.jpnn.com/read/2015/03/09/291289/Jumlah-Petani-Turun-Terus-Merosot,-Ini-Penyebabnya

Komentar

  1. keren artikelnya mba, good luck ya lombanya

    BalasHapus
  2. smoga produksi pangan di negeri ini bs lbh meningkat baik dr kuantitas maupun kualitasnya y mak, pun jg dg para petani negeri ini smoga bs meraih hidup sejahtera, amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak, semoga petani juga hidup makmur dan pendapatan mereka bertambah.

      Hapus
  3. Aku norak jarang lihat sawah, apalagi anak-anakku hihihi

    semoga menang mba, tfs

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak saya yg tiap hari liat sawah aja, suka banget liat sawah mbak. Makasih doanya yaaa

      Hapus
  4. kasihan sekali para petani kalau harus memilih membuang hasil panennya karena tidak sebanding dengan harga transportnya itu sama saja mereka merugi...
    semoga pemerintah bersungguh-sungguh memperhatikan nasib mereka terutama menstabilkan harga hasil pertanian sehingga kehidupan para petani semakin makmur dan banyak anak muda yang mau menjadi petani...aamiin...

    BalasHapus
  5. sekarang musim kemarau.... semoga kualitase tetap baik dan panen tetap lancar...
    kebutuhan pangan masyarakat tercapai
    *komenku resmi ini xD

    BalasHapus
  6. Pengen ikut jg lomba ini, mdh2an cpt dpt ide..good luck ya lombanya

    BalasHapus
  7. Aku salut dan hormat sama petani. Filosofis mereka dalam menjalani hidup dan bersahabat dengan alam sungguh arif.

    BalasHapus
  8. Pemerintah kudu menempatkan petani sebagai pahlawan yang sesungguhnya! semangat petani Indonesia.

    BalasHapus
  9. petani, jasanya besar sekali, Benar - benar pejuang pangan dan gizi. Keren mbak

    BalasHapus
  10. kalau enggak ada petani, bisa apa kita ya..makan bahan bakunya dari petani yang pertama mengolahnya...Selamat Hari Pangaan.

    BalasHapus
  11. kalau melihat nasib petani memang sering miris hati. Ya, semoga petani kita semakin maju. Good luck, ya :)

    BalasHapus
  12. yang namanya petani memang kudu dihargai ya mas, oleh karena itu mari kita dukung mereka supaya para petani semangat untuk bekerja dan hasilnya juga akan kita nikmati.

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)