Oleh-Oleh Dharma Wanita : Kunci Sukses Wanita

Setiap hari Jumat sebulan sekali, ada pertemuan Dharma Wanita di kantor saya. Selain pertemuan rutin dan arisan, ada tambahan ilmu yang kita dapatkan dari narasumber atau pelatihan yang berganti tema pada tiap bulannya.

Di bulan september ini ada pelatihan membuat hantaran manten, hayuuk  yang punya anak cowok bisa buat latihan ntar kalo mau melamar gadis kan pake hantaran, lumayan bisa menghias sendiri #gaya.

Sebelum acara pelatihan, Ketua Dharma Wanita Persatuan Setda Bantul memberikan sedikit cerita dan membagikan pengalaman hidupnya. Beliau adalah Ibu Dra. Dwi Sulistyowati ,MT. Seorang wanita karir yang sukses membina keluarga dan karirnya. Beliau salah satu inspirasi saya, cerdas dan bisa mengayomi. Istri dari Assek 2 Setda bantul ini sehari-hari mengajar di Akprind. Tapi masih aktif mengikuti kegiatan keorganisasian di luar kantor.

Ibu Dwi memakai kebaya krem bersebelahan dengan suaminya memakai beskap coklat

Ibu Dwi menjelaskan jika kunci sukses seorang keluarga itu adalah Ibu. Dan wanita bisa dikatakan sukses jika keluarganya juga sukses, obyek yang dikelola yaitu anak dan suami juga sukses. Percuma jika wanita sukses di karir tapi keluarga berantakan.

Menjadi seorang Ibu tidak boleh egois, dan biarpun berkarir harus tetap bisa mengalah demi kebaikan keluarga. Misal, dalam hal pendidikan seorang dosen dituntut harus menempuh pendidikan S2, padahal saat itu sang suami belum lulus dari S2, jika dia mendahului suami akan merasa didahului dan demi menghargai suami beliau menunggu waktu yang pas untuk melanjutkan pendidikan S2nya, mengalah bukan berarti kalah dan mengendalikan ego itu juga penting. 

Dan bagi saya hal itu memang sangat penting, kebetulan tahun ini saya berencana melanjutkan kuliah, tapi adanya cuma kelas malem. Jika saya memutuskan kuliah, berarti dari pagi sampe sore saya di kantor dan malamnya lanjut kuliah. Lantas bagaimana dengan suami saya, bagaimana dengan anak-anak saya. Setelah saya pikir dengan mendalam, saya memang tetap harus kuliah tapi tidak sekarang. Anak-anak masih terlalu kecil untuk saya tinggalkan, waktu masih panjang, menunggu setahun  atau dua tahun tidak menjadi masalah. Kebersamaan dan mendidik anak masih menjadi hal utama, berbeda jika mereka sudah SD dan sudah tidak bergantung pada saya.

Ibu Dwi kembali menceritakan saat semester terakhir bersamaan dengan masa dimana anaknya mempersiapkan masuk ke perguruan tinggi, beliau memilih cuti dulu dan konsen menemani sang anak. Ohya, anak beliau seorang dokter lho. Siapa sih yang ga pingin anaknya menjadi dokter? Pasti pengen kan.

Disiplin, menghormati suami dan mampu menjadi teladan bagi anak adalah kunci sukses lain menjadi Ibu. Segala hal harus direncanakan dan komitmen untuk menjalaninya dan mengajari anak untuk disiplin. Walaupun menjadi wanita karir bahkan sukses, seorang wanita harus tetap menghormati dan menghargai suami, sebagai kepala keluarga dan imam. Jangan sampai memotong pembicaraan suami, dengarkan suami dan baru setelahnya kita berdiskusi. 

Mendengarkan petuah beliau membuka mata saya, sehebat-hebatnya perempuan kita harus tetap menganggap suami lebih hebat dari kita, karena banyak kejadian yang berujung perceraian jika si wanita merasa lebih hebat, merasa punya gaji lebih besar dan menganggap rendah sang suami. Berapapun gaji suami, kita harus menghargai mereka.

Selanjutnya, acara pelatihan diberikan oleh Mbak Jati Listyorini dari Imogiri. Di rumahnya dia menerima pesanan menghias hantaran manten, dan kemaren  dia mengajari kami membuat ikan dari handuk dan burung merak dari jarik/kain batik.

Ikan - ikan ini dibuat dari handuk

Setelah dipraktekan ternyata mudah lho, ya cuma kalao saya yang bikin kurang rapi gitu. Ada beberapa handuk dan kain jarik yang dipraktekan oleh Ibu anggota dharma wanita. Saya? ngeliat aja dah, nggak bakat bikin-bikin kayak gitu. Hehehe.

Mbak Jati mencontohkan membuat ikan

Ibu-ibu bersemangat mendengarkan dan langsung praktek
Untuk membuat ikan dari handuk, dibutuhkan sebuah handuk, jarum pentul dan mata plastik. Terbilang gampang, tapi saya tetep ga bisa kalo praktek sendiri, hahaha. Sedang membuat burung merak agak rumit, kita harus menyiapkan satu kain, jarum pentul, kawat dan kertas koran.


Kawat dan koran dibentuk menjadi kepala burung merak, dan ternyata ada yang bikin kepalanya terlalu panjang dan besar, hehehe.. ibu-ibu pada ketawa ngeliat hasil mereka sendiri.

Ibu-ibu sedang pose bareng si burung merak

Komentar

  1. Burung meraknya cantik. Mengendalikan ego itu penting untuk kesuksesan bersama. Makasih sharingnya mba prima.

    BalasHapus
  2. bukan gx bisa mungkin tapi belum bisa, tapi kalau melihat foto-fotonya lumayan juga untuk ukuran amatir mah mba sukses lah segituma, setidaknya masih berbentuk merak :)

    BalasHapus
  3. Ibuk ibuk pada semangat banget dan antusias ya ikuti Dharma wanita

    BalasHapus
  4. wah dibikin burung merak lucuuuuuu

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)