Srikandi Hijau

Dont (just) recycle! Think first, jangan hanya berpikir kita bisa mendaur ulang, tapi berpikir juga bagaimana kita mengurangi sampah!


Apa kamu masih suka membuang sampah sembarangan?  Dijalan weeer, di sungai tinggal lempar semau udele dewe atau males matiin TV saat mata sudah bener ngantuk? Jujur, sampai saat ini pun terkadang saya masih membuang sampah tidak pada tempatnya, terutama saat pergi atau di jalan. Entah kenapa kebiasaan buruk seperti itu masih saja susah dihilangkan, padahal saya jelas-jelas tahu perilaku seperti itu salah dan berdampak negatif. Sebut saja lingkungan jadi kotor, sampah menumpuk menyebabkan penyakit bahkan bisa menyebabkan banjir.

Para peserta berfoto bersama GKR Pembayun dan Edzar Ruehe

Tapi, setelah mengikuti  Workshop dan Kopdar Srikandi Hijau pada 8 Desember yang lalu  saya merasa diingatkan dan disadarkan untuk mengimplementasikan pola hidup hijau di rumah, yang sehat, hemat, aman sekaligus ramah lingkungan. Acara ini ditujukan untuk para peserta pemilihan Srikandi Hijau dan untuk umum. Tapi, sayang yang hadir tidak begitu banyak. Karena mungkin  sosialisasinya hanya melalui media online, sehingga banyak yang tidak mengetahui kegiatan ini.

Saking rajinnya saya datang duluan, baru ada saya dan panitia

Project Srikandi Hijau akan memilih salah satu wanita yang benar-benar mengimplementasikan pola hidup hijau dalam kesehariannya dan mengkamapanyekan serta mengajak lingkungannya untuk berperilaku hijau. Project ini merupakan project  Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Uni Eropa. Sub project selain di Jogja juga diadakan di Surabaya.

GKR Pembayun, sebagai endorse acara ini  hadir juga saat acara workshop dan kopdar di Bale Raos yang lalu. Beliau  mengajak para Ibu sebagai pengatur rumah tangga untuk meminimalisir masalah lingkungan yang ada. Gaya hidup hijau sejauh ini baru dipahami orang dengan fokus kepada kemampuan dan kemauan untuk me-recycle atau daur ulang. Padahal perilaku ramah lingkungan dimulai sejak awal, misalnya sebelum keputusan membeli produk,” ujar Lisa, selaku panitia yang merupakan local agent dari Komunitas Sapu Lidi. Dari acara ini saya jadi tahu kalo lebih baik membeli kemasan botol daripada sachet, atau membeli buah atau bahan makanan yang lokal, karena lebih  murah biaya  pengiriman dan mengurangi bahan bakar serta emisi yang dibuang.

GKR Pembayun memberikan sedikit advice bagi para peserta

Dalam  pertemuan kemarin hadir juga perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup, serta Edzar Ruehe dari Sustainability Consumption and Production Indonesia. Dia menjelaskan bentuk perilaku hijau, bisa dimulai sejak membeli produk. Edzar mengajak peserta untuk mulai membeli produk hijau. Produk yang hijau mulai sejak proses produksi, penggunaan bahan baku (bahan ramah lingkungan), pada saat transformasi/distribusi hingga pemakaian hemat energi. Pada saat produk habis digunakan, akan dibuang, dapat dimanfaatkan kembali (recycle).

Edzar Ruehe yang fasih berbahasa Indonesia menjelaskan tentang lampu LED
Di sela-sela acara diadakan games dan kuis, cepet-cepetan nih siapa yang tahu, tunjuk tangan dapet hadiah dech. Salah satu games yang lucu adalah menyusun puzzle dan ular tangga yang besar, peserta sebagai pionnya yang berjalan diatas gambar ular tangga sesuai angka yang keluar dari kocokan.

Puzzle yang disusun ternyata bergambar tas belanja yang bisa kita gunakan dan menghindari tas plastik
Kriteria yang dinilai dalam program Srikandi Hijau adalah :
  1. Konsumsi listrik
  2. Konsumsi makanan lokal dan organik
  3. Penggunaan produk kembali untuk mengurangi sampah (reusable)
Wuhaaaaa...kayaknya berat dan sulit gitu ya menjalani pola hidup hijau, tapi sebenernya gampang asal ada niat. Ga perlu berpikir terlalu jauh tentang pembalakan hutan atau penanaman pohon bakau, dimulai dari diri sendiri saja dari hal yang paling sederhana, misal:
  • Menggunakan botol minuman yang bisa digunakan berulangkali, hindari menggunakan botol minuman kemasan/sekali pakai.
  • Jangan lupa membawa tas belanja sebelum kita belanja di pasar ataupun supermarket, sehingga menggurangi pemakaian tas plastik.
  • Membuat sumur resapan atau biopori di rumah.
  • Memanfaatkan lahan kosong untuk tanaman produktif seperti sayur, dengan menggunakan pupuk alam.
  • Memilah sampah, antara sampah plastik, dan sampah organik, untuk kemudian mengolah sampah organik tersebut menjadi kompos.
Dari acara Srikandi Hijau ini saya juga jadi tahu, banyak hal yang sebenarnya tidak boleh kita lakukan dan sebisa mungkin dihindari, antara lain :
  • Pemakaian sachet, kenapa? Karena sachet terbuat dari plastik dan aluminium foil yang jika digabungkan akan sangat lama untuk bisa hancur atau didaur ulang.
  • Jangan pernah memakai sterofoam, disamping bahan strerofoam tidak bisa didaur ulang, jika terkena panas makanan akan mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh.
  • Pemutih pakaian dan pembersih lantai yang mengandung chlorine sangat mencemari lingkungan.
Nah, gampang kan, yuk ubah mindset kita, berperilaku hijau tidak hanya untuk dunia tapi tentang kita, masa depan kita dan anak cucu kita. Jika kita masa bodoh, siapa lagi yang menjaga bumi ini.

Komentar

  1. acaranya seru banget nih mbak...mau juga kalo ada acara seperti itu...mau dateng hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, ibu2 yg ikut kompetisi pada antusias bgt, ga nyangka pd bersemangat utk hidup hijau

      Hapus
  2. Saat ini aku baru pada tahap recycle barang, meminimalkan penggunaan plastik, menanam rempah dan sayur untuk konsumsi sendiri. Hmmm baru sadar tentang buah impor >.<

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)