'Lo minoritas, manut wae lah!

Sejak SD hingga SMA saya selalu bersekolah di sekolah negeri. Dan sudah menjadi kebiasaan, sejak dulu mungkin, acara berdoa sebelum pelajaran dimulai atau saat upacara menggunakan doa umat Islam. Ya mungkin karena penduduk Indonesia mayoritas muslim jadi kebijakan ini sudah mengakar daging. Tidak hanya di sekolah, di kantor atau dalam acara kemasyarakatan banyak kegiatan yang juga doanya menggunakan cara umat Muslim.

Sebagai umat nonmuslim, sebenarnya saya tidak terganggu sekali dengan kebiasaan ini, ya karena sudah terbiasa. Saat doa dimulai yang seharusnya dalam suasana hening konsentrasi dan mengkoneksikan diri dengan yang Tuhan, saya malah mendengar bacaan-bacaan dari umat lain. Atau jika keadaanya dibalik, saya berdoa tidak dalah hati saja, tapi saya ucapkan atau mungkin dengan nyanyian, kira-kira apa yang dirasakan siswa lain atau orang lain yang tidak seiman dengan saya? Terganggu tidak? Atau cara-cara seperti ini dibenarkan karena kami mayoritas, 'lo minoritas! manut wae lah!

Menurut saya, sebaiknya kegiatan berdoa di sekolah, perkantoran pemerintah, atau acara masyarakat cukup dengan berdoa mulai, biarkan semua khuysuk berkomunikasi dengan Tuhan dan jika sudah cukup ya selesai. Saya rasa Tuhan pasti mendengar doa kita, tanpa harus bersuara.

Situasinya berbeda apabila kita bersekolah non negeri, semisal bersekolah di Madrasah, atau yayasan agama tertentu. Pastinya sudah diatur dengan agama yang sesuai dengan yayasan atau madrasah. Jika bersekolah di situ, mau tidak mau ya mengikuti kebiasaan di sekolah itu.

Kebebasan beragama di negara ini sudah diatur dalam UUD 1945 pasal 29, yang isinya :
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduk untuk memeluk agamanya masing - masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.


Berdasar isi pasal 29 diatas, kita tahu bahwa negara ini berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak berdasarkan atas agama tertentu, tapi mengapa terkadang dipaksakan selalu menggunakan tata cara agama tertentu? Apa karena mayoritas lantas yang minoritas dipinggirkan, apalah gunanya dasar negara Pancasila, Indonesia bukan seperti Roma atau Arab yang merupakan negara agama.

Lha, kan negara menjamin kemerdekaan untuk beribadah? Kemerdekaan atau kebebasan hendaknya juga dibarengi dengan rasa toleransi. Menghormati orang lain, yang berbeda ras, suku, agama, keyakinan. Bolehlah mengakui agama saya, ras saya, suku saya yang paling baik. paling benar tapi jangan ngotot juga donk, si sekitar kita masih banyak orang dengan agama lain, suku lain, warna kulit yang berbeda dengan kita. Berat ya menghormati itu? Yah, mungkin balik ke 'lo kan minoritas, manut wae lah!

Jujur, saya prihatin, rasa tepo seliro, rasa saling menghargai semakin lama menghilang, padahal dulu nenek moyang kita terkenal dengan wataknya yang sopan, ramah menghargai. Tapi sekarang berubah menjadi egois, gw yang benar 'lo yang salah. Padahal dalam beribadah sepertinya semakin meningkat dan negara ini hampir menjadi negara agamis, tapi sayang ibadah tidak dibarengi dengan perilaku yang semakin baik. Tempat ibadah semakin banyaaak tapi kejahatan semakin merajalela.

Saya jadi ingat dulu sebelum dipimpin Gusdur, warga China dipinggirkan, tidak diakui sebagai warga negara dan adat budayanya diharamkan di negeri ini. Padahal banyak buruh, pegawai toko menggantungkan nasib pada mereka, warga dengan mata sipit dan kulit kuning. Mereka sama-sama tinggal di negeri ini sejaakk lama, walau nenek moyang mereka berasal dari daratan China, tapi dari banyak situs atau candi , yang menunjukkan keberadaan orang China sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu sebelum Indonesia ada. Lihat saja di candi-candi banyak pintu atau gapura dengan patung naga, darimana ide gambar naga ada kalo bukan dari orang China, oohh dari Nagabonar kali,hohohoho....Atau perhatikan, banyak teman atau tetangga kita bermata sipit tapi berkulit gelap, dan mereka tersebar di seluruh Indonesia, ini menunjukkan bahwa ada asimilasi antara penduduk pribumi dan orang CIna. Dan ini sudah ada jauh sebelum Indonesia ada, so ga usahlah beda-bedain orang, sama-sama manusia gitu lho.

Komentar