Abu Vulkanik Gunung Kelud

Iseng-iseng buka-buka file foto, eh nemuin gambar halaman depan rumah yang penuh debu. Karena apa? Meletusnya Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 mengakibatkan hujan debu di Jawa Timur bahkan Jawa Tengah hingga jarak 200an KM, padahal dulu saat Gunung Merapi meletus debunya ga setebal ini.



Putih dan putih yang ada diluar rumah, sampai sore haripun masih terjadi hujan debu. Jalanan, genting, kebun, pohon-pohon semua tertutup abu vulkanik Gunung Kelud. Otomatis ga bisa keluar rumah. Sampai beberapa hari selanjutnya kehidupan belum bisa berjalan norma, bahan pangan susah didapatkan apalagi sayur mayur. Jadi keseringan makan tanpa sayur dan makanan instan.



Kita aja yang jauh merasa repot begini, apalagi warga di lereng Gunung Kelud yang bahkan terkena hujan kerikil dan harus mengungsi. Walaupun tidak bisa keluar rumah, setidaknya saya masih bisa menikmati kehangatan rumah dan empuknya kasur. Lha mereka? Mungkin harus merelakan rumah dan isinya hancur karena kegananasan Gunung Kelud. Dan sudah sepatutnya saya bersyukur, atas kenikmatan itu.

Entah, Tuhan sedang marah atau hanya kebetulan, dihari yang seharusnya kita bisa merayakan hari kasih sayang, tapi justru Tuhan menghadiahi gunung meletus.




Sampai beberapa hari aktivitas keluar rumah sangat tersendat, beruntung hari pertama semua sekolah dan perkantoran diliburkan. Bahkan sampai seminggu setelah Gunung Kelud meletus abu tebal masih menempel dimana-mana, Warga bergotong royong membersihkan jalanan  menggunakan diesel untuk menyedot air sumur dan menyemprotkannya ke gang-gang.

Sampai saat ini pun, setelah 10 bulan. Abu vulkanik belum hilang 100 persen. Apalagi saat musim kemarau panjang seperti bulan kemarin. Abu putih masih terlihat di permukaan tanah dan saat angin berhembus menyebabkan debu itu beterbangan kemana-mana.

Bencana  memang akan selalu datang, begitulah cara bumi membersihkan dirinya. Seperti tubuh manusia yang bermetabolisme, gunung juga membutuhkan batuk-batuk dan membuang kotoran dari tubuhnya.
Bencana tak pernah kita harapkan dan juga tak mampu kita hindarkan.
Entah itu teguran atau sekedar kado kecil dari Tuhan, jangan pernah menyalahkan bencana.
Semoga, bencana menjadikan kita manusia pembelajar, dan slalu belajar dari masa lalu.
Semoga bencana menjadikan kita manusia penolong, yang slalu menyingsingkan lengan untuk membantu sesama.
Semoga bencana menjadikan kita manusia penuh syukur, yang slalu berterimakasih atas apa yang Tuhan berikan.
Semoga bencana menjadikan kita manusia yang lebih baik dari pada sebelumnya.

Diluar gerimis,
Dinihari,
Kalasan, 8 Desember 2014
Berkah Dalem.

Komentar

  1. Asyik tuh mbak foto abu-abu dr abu vulkanik gunung kelud. Aq jg posting ttg abu vulkanik kelud kala itu

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)