Saat Hasil Karya Kita Tak Dihargai



 
Gimana sich kalo hasil karya kita gak dihargai?pasti rasanya sebel dan sakit hati ya. Seperti yang terjadi pada saya beberapa waktu yang lalu. Ehm, sebenernya bukan karya saya sendiri, tapi gambar design rumah suami saya.

Ceritanya begini, beberapa bulan yang lalu ada teman kantor saya tapi beda bagian menghubungi saya, via sms dan via  fb, intinya dia meminta tolong untuk dibuatkan design gambar untuk rumahnya yang akan dibangun.  Kemudian saya sampaikan ke suami dan suami minta gambar denah dan luas tanahnya.

Karena PC dirumah sedang rusak suami tidak bisa langsung mengerjakan job itu. Hal itu sudah saya sampaikan ke teman saya, mungkin seminggu lagi baru dikerjakan dan dia setuju. Dua minggu kemudian gambarnya jadi. Karena kalo siang suami saya berada di lokasi proyek, pesanan gambar itu dikerjakan malam hari, dan suami saya begadang selama beberapa hari.

Setelah selesai, designnya saya kirim ke teman saya via email, Saya minta dia mempelajari dulu bersama suami, adakah yang perlu dirubah. Kemudian teman saya menghubungi, kalo ada perubahan sedikit. Dan langsung dirubah sama suami saya sesuai keinginan teman saya.  Setelah jadi gambarnya dicetak dan saya antar ke temen saya.

Apa komentar teman saya ?
“Wah bagus mbak, ga kepikiran jadi gini, berapa mbak bayarnya?”

Karena saya belum tahu berapa biaya nya, saya bilang kalo saya tanyakan ke suami saya dulu. Setelah beberapa minggu dia tidak menghubungi dan sayapun tidak berinisiatif untuk menghubungi duluan. Takutnya dikira nagih, ga enak hati, walo sebenernya itu hak saya.

Pada suatu pagi, secara tak sengaja kami bertemu di tempat parkir. Dan dia menanyakan gambarnya kemarin habis berapa, dan saya jawab kalo saya belum tanya sama suami. Dia bersemangat bilang

“Ditanyain suaminya ya mbak, habis berapa besok tak transfer”

Dengan antusias saya jawab “Ok dech” sambil berharap besok rekening bertambah.

Sehari kemudian saya sms dia kalo habisnya segini, dan dia balesin iya mbak. Tapi dia ga nanya no rekening saya.

Beberapa hari berlalu, dan sampai berminggu dan berbulan tidak ada kabar dari teman saya, pernah bertemu saat upacara, posisi saya dekat dengan dia dan tidak mungkin jika dia tidak melihat saya, tapi dia pura-pura tak tahu dan diam saja. Sayapun diam saja.  

Saya juga ga enak sama suami, selama beberapa hari dia begadang menyelesaikan design itu. Dan mencetaknya juga ga gratis. Muka saya jadi tercoreng, dia juga heran masak pegawai  ga mampu bayar uang segitu.

Sebenarnya saya tidak begitu mempersoalkan masalah uang yang cuma beberapa ratus itu, kalo dia memang ga mampu ya tidak apa apa. Tapi, saya lebih menyayangkan hubungan pertemanan kami yang tidak harmonis lagi, dia terlihat sembunyi sembunyi saat berpapasan dengan saya dikantor. Alangkah mahalnya persahabatan jika dibandingan beberapa lembar uang.


Komentar