#30HariNgeblog: Secangkir Coklat Hangat


ayokngopi.blogspot.com
Sore itu, dari kaca jendela terlihat seorang perempuan muda duduk di sudut sebuah cafe. Perempuan itu berparas cantik, setelan blazer  mahal terlihat menghiasi tubuhnya. Dia terlihat sedang menunggu seseorang, sesekali dia melihat ke arah pintu masuk.Seorang waitress datang menghampiri perempuan itu.
"Ini coklat hangatnya mbak, silakan dinikmati, mungkin ada pesanan lain?"
Waitress itu mengantarkan pesanan  perempuan itu.
"Terimakasih. Saya sedang menunggu teman, nanti saja pesannya" Jawab perempuan itu.
"Baik, terimakasih" dan waitress itu berlalu.

Perempuan itu melirik jam tangannya.
"Ehm, sudah hampir jam lima, kenapa dia belum datang juga" keluh perempuan itu.
Perlahan perempuan itu menyeruput secangkir coklat hangat yang sudah berada dimejanya. "Ehm, rasa coklat di kafe ini tak berubah, masih seperti 3 tahun yang lalu, saat dia dan sahabatnya sering n
Pikiran perempuan itu melayang, terbang ke masa kuliah dulu
sering nongkrong sehabis kuliah.

"ahh, waktu memang berjalan begitu cepat,tak terasa sebentar lagi aku akan menikah" kata perempuan itu dalam hatinya.

Perempuan itu bernama Nathalia, selepas lulus kuliah dia memutus kan untuk bekerja, karir melesat dan dia terlalu sibuk untuk mencari pendamping hidup. Tapi, 5 bulan yang lalu dia bertemu dengan seorang lelaki yang bagi dia sangat berkharisma. Dia seorang manager baru dikantornya, sebelum disitu dia berada di kantor cabang daerah. Semenjak pertemuan pertama mereka, hubungakan mereka semakin erat dan satu bulan lagi mereka memutuskan akan melanjutkan  hubungan ke jenjang pernikahan.

Sedangkan Retno, sahabatnya terpaksa menikah selepas lulus kuliah karena dijodohkan orang tuanya, dan balik ke kampung halamannya di Jogja.

"Hai Nath, ngapain melamun saja, dah nunggu lama ya. Suamiku tidak bisa mengantar, dari naik taksi dech " Tiba-tiba Retno, sahabatnya sudah berada di sampingnya.

Langsung Nathalia memeluk erat sahabat yang sudah lama tak dijumpai,sembari mencium pipi kiri dan kanan sahabatnya

"Kamu sich lama datengnya, ohya gimana kabar kamu wah ini Dio ya, gantengnya ponakan tante" Nathalia tak tahan untuk mencium anak laki-laki sahabatnya itu. Lucu dan wajahnya mengingatkan Nathalia akan seseorang.

"Enak ya sudah punya anak, lucu lagi, kamu pasti bahagia banget ya Ret" Kata Nathalia

"Ya, agak repot juga, soalnya suamiku sering dinas luar, sedang di rumah tidak ada pembantu, padahal aku pingin banget berkarir kayak kamu Nath" Retno mengeluh.

"Sudah koq malah sedih-sedihan gini, kamu sich ga pernah balik ke sini lagi, dah 3 tahun ya kita tidak bertemu, kangen banget" Nathalia mengutarakan perasaannya.

"Masak kamu lupa Nath, biasa a cup of hot chocolate" Jawab Retno

"Yeee, selera kamu belum berubah ya, kita sama-sama penyuka coklat hangat"  jawab Nathalia

"Iya Nath, kalo lagi kangen masa-masa kita dulu, sebangai pengobat rindu pasti aku minum coklat hangat,tapi sayang di Jogja ga ada yang seenak di cafe ini" kata Retno

"ehm, katanya kamu mo ngasih kabar gembira, apa tuch?" tanya Retno
Wajah Nathalia berbunga-bungan, jawabnya "Aku akan menikah"
"Ohya, kapan Nath, siapa laki-laki beruntung itu, bisa meruntuhkan hati sahabatku yang cantik ini" Tanya Retno

"ihh, jadi malu aku. Dia temen kantor koq, pindahan dari cabang Jogja. Dia asli sana Ret, soja aku bakal sering ke Jogja dan kita bakal sering reunian kayak gini" Nathalia bercerita dengan wajah berseri- seri.

"Namanya Danu" lanjut Nathalia. "Diminum donk coklatnya, ntar keburu dingin lho Ret"
Seperti diingatkan, Retno langsung meminum co klat hangat yang anda ditangannya.

"Ini undangannya Ret" Nathalia membeerikan sebuah undangan yang berwarna pastel kepada sahabatnya.  Ada foto prewedding mereka di sampul depan.

Retno menerima undangan itu dan tiba-tiba pandangan matanya kabur, secangkir coklat hangat yang biasanya manis mendadak mendadak menjadi getir, jiwanya seakan dan melayang.

Pyaarrrrrrrrrr. Terdengengar suara pecahan kaca. Cangkir Retno terjatuh.

"Kamu kenapa Ret" Nathalia kawatir dengan keadaan sahabatnya

"Gapapa koq Nath" dengan suara yang tertahan Retno menjawab. Masih terlihat jelas gambar Mas Danu bersanding dengan sahabatnya di sampul undangan itu.
***************************

Komentar