Selepas Tiga Puluh

Beberapa jam ke depan, usia saya melampaui tiga puluh tahun. Usia  yang menandakan kematangan dan kedewasaan diri. Ehm, sudah dewasakah saya?

Tak terasa sudah lebih dari 11 ribu hari saya lalui,  menikmati hari demi hari, bulan demi bulan dengan segala suka dukanya. Ya, hidup tanpa rintangan itu ga asyik---halah---life is never flat.

Di usia sekarang, rambut saya mulai memutih, kadang terlihat satu dua uban di rambut saya. Yang secara tak sengaja terlihat oleh rekan kerja saya, dan cukup membuat saya tersenyum malu. Ternyata saya sudah tua. Mengingatkan saya, kalau saya tidak muda lagi. Saya, seorang Ibu dengan dua anak laki-laki yang masih balita. Yang masih ngoyo menjalani hidup. Masih sibuk  mengasuh anak-anak. Masih tertatih-tatih menyiapkan finansial. Masih, dan masih mengejar target hidup. Sampai saya terkadang lupa , BERSYUKUR, berterima kasih kepada Si Pemberi Semuanya, yang tanpa saya memintapun, DIA telah memberikan dengan cuma-cuma.

Di usia kurang dari sepertiga abad ini, haruskah saya bersedih?
Jatah waktu yang diberikan telah berkurang satu tahun, dan semakin mendekati masa akhir. Masa kematian, satu sesi waktu yang ditakuti banyak orang.

Atau haruskah saya gembira?
Umur saya telah bertambah, hari lahir kembali bisa saya lampaui, umur saya semakin panjang.

Seperti angka 17 yang berarti peralihan dari remaja menuju ke (dianggap) dewasa, waktunya punya KTP, bisa bikin SIM, dah boleh pacaran, banyak yang terjadi saat sweet seventeen, dan kebanyakan membahagiakan. Di angka tiga puluh? wuaaa..mesti beli krim malam baru biar ga keriput, liat dech iklan di tipi, yang disebut pasti angka 30, bukan angka 25 atau 28-----intermezo------

Penyair Roma berkata, “tempus fugit” yang artinya waktu berlari dengan cepatnya, waktu berlari tanpa henti dan tanpa kompromi meninggalkan kita. Dua puluh lima tahun yang lalu saya hanyalah gadis kecil berkuncir dua yang kemana-mana hanya mengenakan singlet dan celana pendek. Dan sekarang saya bermetamorfosis menjadi ibu dengan dua anak. Bukan gadis kecil tanpa beban lagi, tanggung jawab sebagai Ibu dan istri yang baik berada di pundak saya. Saya juga masih seorang anak yang mungkin masih dianggap gadis kecil terus oleh orang tua saya, karena sampai saat ini saya masih "ngrusuhi" mereka. Saya harus membahagiakan mereka, tapi di usia senja sekarangpun mereka masih harus bekerja membanting tulang demi membiayai kuliah adik bungsu saya dan saya belum bisa membantu mereka :((

“Everyone wants to live long, but nobody to be old” Jonathan Swift  (1667 – 1745) 
Semua orang ingin hidup yang lama, tapi tidak ada yang mau menjadi tua, begitupun saya, pengennya muda terus, biarpun dah tiga puluh tahun pengennya masih kinclong kayak abg, hohoho....Tentunya tak hanya fisik yang tetap muda, tapi jiwa juga. Umur boleh bertambah, tapi jiwa tetap muda. Berjiwa muda akan membuat kita lebih fresh dan bersemangat menjalani hidup dan menanti hari lahir di tahun berikutnya. Semoga Tuhan mengijinkan.

Kata Lao Tze "
“Orang pada umur 20 tahun belajar bijaksana,
orang umur 30 tahun tumbuh bijaksana,
orang umur 40 tahun merasa bijaksana,
orang umur 50 tahun mencoba bijaksana
orang yang berumur 60 tahun mulai bijaksana
Dan orang berumur 70 tahun baru bijaksana”.
Semoga kita tak perlu menunggu sampai berumur 70 tahun untuk menjadi bijaksana.

*****************************************

Dear GOD,
Tuhan, terima kasih atas segala yang telah Engkau berikan, apalah aku ini hingga Kau berbaik hati kepadaku. Terima kasih juga  Engkau telah mengijinkan aku sampai di titik ini, dengan segala kekurangan dan kesalahanku. Terima kasih atas hadirnya orang tua, suami dan anak-anakku. Banyak yang ingin aku inginkan, banyak harapan dalam hatiku, tapi satu saja iijinkan aku meminta, berikanlah kesehatan dan jauhkanlah sakit penyakit dari anak-anakku, terutama si kecil. Terima kasih Tuhan. Amin




Komentar