No Yelling? Can I?

Akhir-akhir ini , saya agak stress. Bawaannya uring-uringan terus. Abis ,si sulung manjanya ga ketulungan. Entah saya yang kurang sabar atau dianya yang kolokan abis. Tiap pulang kantor di kepala udah penuh dengan rencana ntar nyampe rumah nyuci piring, bersih-bersih ,mandiin Nathan terus adek, nyuapin Nathan baru emaknya mandi. Panjangkan list planningnya, bikin kepala nyut-nyutan. Tapi ,baru nyampe rumah si Mas alias Nathanael Ardi Bamaputra bilang
"Ibuk ndak boleh isah-isah, duduk aja yuk"
"Bentar tho mas, ibuk nyuci piring dulu ya" dengan sabar saya menjawab,
"Buk,ayo liat tipi"  Nathan ngajak lagi sambil nyenggol-nyenggol saya
"Kosek tho, mas liat aja sendiri dulu" dengan tone agak tinggi
"Emoh,ibuk ndak boleh isah-isah" Nathan mulai sesenggukan
"Mas tu liat tipi dulu ,bentar tho dan bla bla....dengan suara sopran yang melengking tinggi
"huaaaaaa......."nangislah anak lanang dengan kencangnya
dan si Bapak komen "kui ibumu koyo buto ,nesu2 wae...."
Ya ampun, sampe misua ngatain aku kayak buto (raksasa jahat dalam pewayangan). Duh segitunya, tapi mungkin benar kata suami, mungkin saat marah muka saya merah dengan suara yang keras dan menakutkan anak - anak.
Belum kalau malam waktunya tidur, saat adeknya minta bobok dan nenen ,si mas malah ga mau lepas dari saya dan ga mau sama bapaknya...uuhhh rasanya kepala jadi pening berat saat jam 7-8 malam. Dengerin anak nangis. Mana udah capek dikantor, dijalan ,kerjaan dirumah yang tanpa ART ,wuiihhh pusing. Akhirnya anak yanng jadi pelampiasan.  Sebenarnya mereka tidak salah , Nathan yang baru 2,5 tahun harus berbagi kasih sayang dengan adiknya Arsaka yang baru 5 bulan. Keduanya sangat membutuhkan perhatian ibu nya, tapi harus terbagi. Dan saat anak-anak udah tidur, saya menyesal, menyesal sejadi-jadinya. Kok bisa saya sejahat itu.
Beberapa hari kemaren secara tak sengaja saya mampir di situsnya Mbak Ellen dia  ibu dari dua anak, praktisi pendidikan berbasis rumah (home education) dengan metode Charlotte Mason. 
Disitu ada tulisan berjudul 365 hari tanpa bentakan , wow judule menyentil hati saya yang lagi suka yelling-yelling ria. Dia sedang mengikuti Tantangan 365 hari tanpa bentakan yang di prakarsai oleh  The Orange Rhino.
"Mengapa kita tersenyum manis, sok kalem di depan orang asing dan para tamu, tapi justru menghamburkan emosi negatif serta bentakan di hadapan anak-anak kita? Tidakkah itu cara pikir yang terbalik? Bukankah anak-anak kita adalah audiens yang paling berarti dan paling kita sayangi?"
Kalo dipikir-pikir ,iya ya. Kita aja didepan orang ngomongnya alus -alus, dengan bahasa yang baik dan santun, tapi kenapa ama anak sendiri malah kayak "buto" *mana cermin....*

Saya tertarik untuk mencoba ,tapi ga sampai setahun ,ga berani. Mencoba untuk beberapa hari dulu berusaha menahan emosi , dan lebih sabar terhadap anak. Dan yang pasti menurunkan tone suara , jadi alto dulu, biarpun kalo lagi paduan suara ngikut yang sopran.
Sebenernya anak-anak hanya minta diperhatikan dan disayang ,dan kesempatan itu hanya sekali seumur hidup. Dan saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Anak saya yang manis juga harus diperlakukan manis, terutama sama emaknya.
"Mas Nathan, maafin ibuk ya udah marah-marah terus. Ibuk janji , nggak akan galak lagi."

Komentar

Posting Komentar

Hai kawan, terimakasih sudah mampir ya. Pembaca yang cantik dan ganteng boleh lho berkomentar, saya senang sekali jika anda berkenan meninggalkan jejak. Salam Prima :)